WHO Buka Kemungkinan Corona Berasal Dari Laboratorium Cina
16 Juli 2021
Direktur WHO, Tedros Ghebreyesus, menilai bantahan terhadap dugaan kebocoran laboratorium sebagai asal usul wabah corona bersifat “prematur”. Menurutnya insiden semacam itu lumrah terjadi, dan menuntut Cina membuka data.
Iklan
Pemerintah Cina didesak untuk lebih kooperatif selama investigasi terkait asal-usul wabah corona. Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, meminta Beijing lebih transparan dan membuka akses data.
Dalam jumpa pers di Jenewa, Swiss, Tedros mengaku pihaknya tidak menutup kemungkinan adanya kebocoran laboratorium yang memicu wabah corona di Wuhan pada Januari 2019. Menurutnya, bantahan terkait tuduhan tersebut bersifat "prematur.”
Pernyataan Tedros bergeser dari haluan kebijakan WHO yang selama ini cendrung menghindari konfrontasi dengan Beijing. Dia mengimbau agar Cina bersikap lebih kooperatif dalam penyelidikan.
"Kami berharap akan ada kerjasama yang lebih baik untuk mengungkap apa yang terjadi,” kata dia.
Namun menurut Tedros, tantangan terbesar dalam fase pertama investigasi adalah "akses terhadap data mentah. Data mentahnya tidak dibagikan,” kata dia.
"Sekarang kami sudah mendesain studi fase kedua dan kami meminta Cina untuk bersikap lebih transparan, terbuka dan kooperatif, terutama menyangkut data mentah seperti yang kami minta di masa awal pandemi.”
Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia
Kurang dari sebulan, wabah virus corona jenis baru (2019-nCoV) telah dinyatakan sebagai darurat kesehatan global. Lebih dari 50 juta warga Cina dikarantina, para ilmuwan masih berjuang temukan vaksin.
Foto: Reuters/Antara Foto
Virus mirip pneumonia menyerang Wuhan
Pada 31 Desember 2019, Cina memberi tahu WHO tentang serangkaian infeksi pernapasan di Kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta orang. Virus tersebut diduga berasal dari sebuah pasar makanan laut, yang kemudian dengan cepat ditutup oleh pemerintah Cina. Awalnya, sekitar 40 orang dilaporkan terinfeksi.
Foto: Imago Images/UPI Photo/S. Shaver
Virus corona jenis baru berhasil diidentifikasi
7 Januari 2020, para ilmuwan Cina mengumumkan telah mengidentifikasi virus corona jenis baru yang menjadi penyebab serangkaian infeksi pernapasan di Wuhan. Sama seperti flu biasa dan SARS, virus tersebut juga termasuk dalam keluarga coronavirus. Virus jenis baru itu sementara dinamai 2019-nCoV. Gejalanya meliputi demam, batuk, kesulitan bernapas, dan radang paru-paru.
Foto: picture-alliance/BSIP/J. Cavallini
Kematian pertama di Cina
Pada 11 Januari, Cina mengumumkan kematian pertama yang disebabkan oleh virus corona jenis baru. Seorang pria berusia 61 tahun yang diketahui telah berbelanja di pasar Wuhan meninggal karena komplikasi pneumonia.
Foto: Reuters/Str
Virus sampai ke negara-negara tetangga
Pada hari-hari berikutnya, negara-negara seperti Thailand dan Jepang mulai melaporkan kasus infeksi pada warganya yang diketahui pernah mengunjungi pasar yang sama di Wuhan. Pada 20 Januari, tiga orang dilaporkan meninggal di Cina, sementara lebih dari 200 orang dilaporkan telah terinfeksi virus corona jenis baru ini.
Foto: Reuters/Kim Kyung-Hoon
Menular dari manusia ke manusia
Hingga pertengahan Januari, para ilmuwan masih berjuang untuk mencari tahu bagaimana virus ini menyebar ke manusia. Keluarga virus corona adalah zoonotic, artinya virus ditularkan dari hewan ke manusia - beberapa jenis virus dapat ditularkan melalui batuk dan bersin. Baru kemudian pada 20 Januari, otoritas Cina mengonfirmasi bahwa virus dapat ditularkan dari manusia ke manusia.
Foto: picture-alliance/YONHAPNEWS AGENCY
Jutaan orang dikarantina
Pemerintah Cina menutup Kota Wuhan pada 23 Januari untuk membatasi penyebaran virus corona. Rumah sakit baru untuk merawat pasien pun mulai dibangun. Sampai pada 24 Januari, lebih dari 830 orang dilaporkan terinfeksi dan setidaknya 26 orang dinyatakan meninggal. Pemerintah kemudian memperluas karantina ke 13 kota lain. Langkah ini berdampak terhadap setidaknya 36 juta jiwa.
Foto: AFP/STR
Virus corona capai Eropa!
Pada 24 Januari, otoritas Prancis melaporkan 3 kasus virus corona baru di daerah perbatasannya. Temuan ini menjadi tanda kemunculan virus tersebut di Eropa. Beberapa jam setelah Prancis, Australia juga melaporkan bahwa empat orang warganya telah terinfeksi virus corona baru tersebut.
Foto: Getty Images/X. Chu
Liburan Tahun Baru Imlek diperpanjang
Tahun Baru Imlek di Cina dimulai dengan perayaan sederhana pada 25 Januari. Jutaan orang dilaporkan bepergian dan ikut ambil bagian dalam perayaan publik tersebut. Para pejabat membatalkan acara-acara besar untuk mengatasi wabah ini. Di akhir Januari, ada 17 kota di Cina dengan 50 juta penduduk dikarantina. Libur Imlek diperpanjang tiga hari untuk membatasi arus populasi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Mortagne
Perbatasan dengan Mongolia, Hong Kong dan Rusia bagian timur ditutup
Kamboja mengonfirmasi kasus pertamanya, sementara Mongolia menutup perbatasannya bagi kendaraan dari Cina. Rusia juga menutup perbatasan dengan Cina di tiga wilayah bagian timur. Kerugian terhadap pariwisata global ditaksir mencapai miliaran dolar sementara harga minyak turut anjlok. Jumlah korban tewas meningkat menjadi 41, lebih dari 1.300 orang terinfeksi di seluruh dunia - kebanyakan di Cina.
Foto: Reuters/C. G. Rawlins
Jerman laporkan kasus virus corona pertama
Pada tanggal 27 Januari, Jerman mengumumkan kasus virus corona pertamanya. Pasien adalah seorang pria berusia 33 tahun di Bayern yang disebut terkena virus selama pelatihan di tempat kerja dengan seorang rekan dari Cina. Pria tersebut ditempatkan dalam karantina dan observasi di sebuah rumah sakit di München. Hari berikutnya, tiga rekannya juga dilaporkan terinfeksi virus yang sama.
Foto: Reuters/A. Uyanik
Indonesia bebas virus corona
Pada 27 Januari, sejumlah kementerian menggelar rapat koordinasi di Kementerian Perhubungan. Pemerintah Indonesia resmi melarang penerbangan dari dan menuju Wuhan, namun masih membolehkan penerbangan dari kota-kota lain di Cina. Menteri Kesehatan mengatakan Indonesia masih bebas dari virus corona jenis baru dan mengimbau masyarakat untuk jaga imunitas tubuh. 243 WNI di Wuhan juga dinyatakan sehat.
Foto: Ministry of Transportation/D. Pieterz-Kemenhub
Evakuasi internasional dimulai
Pada 28 Januari, Jepang dan AS menjadi negara pertama yang mengevakuasi warganya keluar dari Wuhan. Australia dan Selandia Baru mengatakan bahwa mereka juga akan mengirim pesawat untuk membawa pulang warganya. Kasus virus corona secara global meningkat jadi hampir 6.000 kasus infeksi, melebihi wabah SARS pada 2002 yang menewaskan sekitar 800 orang.
Foto: imago images/Kyodo News
WHO keluarkan status darurat kesehatan global
30 Januari, WHO menyatakan virus corona jenis baru sebagai darurat kesehatan publik yang menjadi perhatian internasional. Hal ini dilakukan untuk melindungi negara-negara dengan "sistem kesehatan yang lebih lemah." Namun, Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus tidak merekomendasikan pembatasan perdagangan dan perjalanan, ia menyebut hal itu sebagai "gangguan yang tidak perlu."
Foto: picture-alliance/KEYSTONE/J.-C. Bott
Tim penjemput WNI diberangkatkan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Sabtu (01/02), melepas keberangkatan tim penjemput WNI yang ada di kota Wuhan, Hubei, Cina. Retno sebut ada 245 WNI yang akan dipulangkan ke tanah air. Tim penjemput menumpangi pesawat Batik Air. Ada 42 orang dalam tim penjemput yang terdiri atas TNI, Kemlu, Kemenkes, TNI dan kru Batik Air.
Foto: Reuters/Antara/M. Iqbal
Kematian pertama di luar Cina
Kematian pertama di luar Cina terkait dengan virus corona jenis baru dilaporkan terjadi di Filipina pada 2 Februari. Korban adalah seorang pria berusia 44 tahun dan telah melakukan perjalanan dari Wuhan ke Manila sebelum akhirnya jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit. Ia kemudian dilaporkan meninggal di rumah sakit karena pneumonia.
Foto: Getty Images/AFP/T. Aljibe
238 WNI dari Wuhan tiba di Natuna
Minggu (02/02), sebanyak 238 WNI tiba di Pangkalan Udara Raden Sajad, Pulau Natuna, Kepulauan Riau. Ada 7 orang yang batal diterbangkan ke tanah air karena sejumlah alasan - 4 orang mengundurkan diri dan 3 orang lainnya tidak lolos pemeriksaan Cina. Masa observasi dijalankan selama 14 hari. Presiden Jokowi sebut Natuna dipilih sebagai tempat observasi karena dinilai sebagai pulau yang paling siap.
Foto: Reuters/Antara Foto
Rumah sakit selesai dibangun dalam waktu 10 hari
Rumah Sakit Huoshenshan (Gunung Api Dewa), selesai dibangun hanya dalam waktu lebih dari satu minggu. Rumah sakit akhirnya resmi dibuka pada Senin (03/02). Rumah sakit ini bertujuan menggunakan campuran obat-obatan dari barat maupun obat tradisional Cina untuk mengobati mereka yang terinfeksi virus corona jenis baru, 2019-nCoV. (gtp/ae) (dari berbagai sumber)
Foto: Imago/L. He
17 foto1 | 17
Keterbatasan akses data
Laporan pertama hasil investigasi WHO dan Cina pada Maret silam hanya mendaftar berbagai hipotesa terkait asal usul corona berdasarkan urutan probabilitasnya. Adapun teori tentang kebocoran laboratorium dianggap "sangat mustahil.”
Iklan
Penyelidikan WHO dikritik karena dianggap tidak transparan, dan tidak mengupas teori kebocoran laboratorium dengan lebih serius. Dalam laporan itu, WHO hanya menggunakan 440 kata untuk menuliskan bantahan.
"Ada dorongan prematur” untuk menihilkan teori tersebut, kata Tedros.
Lama dianggap sebagai teori konspirasi dan ditolak oleh Beijing, gagasan bahwa virus corona muncul dari kebocoran laboratorium di Institut Virologi Wuhan kini menjadi agenda politik dunia, yang ikut didorong Amerika Serikat.
Tedros, seorang pakar Immunologi, mengatakan dirinya pernah bekerja sebagai teknisi laboratorium, "dan kecelakaan biasa terjadi.”
"Adalah hal lumrah. Saya pernah mengalaminya sendiri,” kata dia. "Kita butuh informasi, informasi langsung tentang situasi di laboratorium ini sebelum dan pada saat pandemi muncul.”
Wuhan: Setahun Setelah Virus Corona Merebak
Awal tahun 2020, kota Wuhan di provinsi Hubei Cina dikenal sebagai hot spot virus corona pertama di dunia. Kini kondisinya membaik, tetapi tidak persis sama seperti sebelumnya.
Foto: Aly Song/REUTERS
Pasar kembali ramai
Wuhan menjalani masa lockdown 11 minggu setelah menjadi hot spot virus corona global pertama. Hingga pertengahan Mei, 50.000 dari 80.000 kasus resmi corona yang tercatat di Cina, berasal dari Wuhan. (Gambar) kehidupan hampir normal kembali di kawasan pasar yang padat pengunjung, 7 Desember 2020.
Foto: Aly Song/REUTERS
Ground zero virus corona?
Sayuran, ikan dan daging, bahkan hewan liar - semua dulu dijual di pasar basah ini. Tapi sejak Januari 2020 pasar ini ditutup. Penyakit paru-paru misterius mulai merebak dan asal-usulnya dilacak berasal dari pasar tersebut. Namun, para pakar belum berhasil memastikan peran pasar dalam penyebaran virus.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Nasib para pemilik restoran
Sebelum pandemi, Lai Yun membeli kebanyakan produk untuk restoran Jepangnya di pasar basah yang kini tutup. "Setelah anak-anak berangkat sekolah, saya biasanya sarapan lalu belanja di pasar," ujarnya. Tapi sejak buka kembali di bulan Juni, ia harus belanja di tempat lain dan bumbu yang dibutuhkan kini harganya lima kali lebih mahal. "Tahun depan target saya hanyalah bisa bertahan".
Foto: Aly Song/REUTERS
Tidak ada sayuran segar
Walau lantai dasar masih tutup, lantai kedua pasar basah Wuhan telah buka kembali. Namun, kebanyakan toko hanya menjual kacamata dan produk khusus lainnya bagi ahli optik. "Bagi beberapa orang kesannya aneh, kini hanya seperti bangunan kosong," ujar salah seorang penjual toko ke DW.
Foto: Aly Song/REUTERS
Penjual pasar basah pindah ke jalanan
Sejak pasar basah tutup, beberapa orang mulai menjual daging dan bahan segar lainnya di jalanan. Walau penjual memakai masker dan sarung tangan, kondisinya belum memenuhi standar kebersihan. Saat pandemi corona, pasar basah sudah dikiritik karena kondisi kesehatan dan sanitasi yang buruk.
Foto: Aly Song/REUTERS
Masker masih diperlukan
Kebanyakan warga Wuhan masih mengenakan masker pelindung di runag publik. Virus corona belum punah dan ada sejumlah kasus baru di Cina. "Banyak yang mulai menimbun masker, desinfektan dan alat perlindungan lainnya," kata guru bahasa Inggris Yen kepada DW. (vlz/rzn)
Foto: Aly Song/REUTERS
6 foto1 | 6
Dia mengeluhkan betapa tim internasional tidak diizinkan mengakses data mentah untuk membantu penelitian. Menurutnya keterbukaan penting, terutama mengingat banyaknya korban jiwa yang berjatuhan.
"Saya kira kita berutang kepada mereka untuk mengungkap apa yang terjadi,” tukasnya. "Kita harus tahu apa yang terjadi untuk bisa mencegah pandemi selanjutnya.”