Pandemi corona melanda dunia sejak dua tahun lalu. Varian omicron sekarang menyebar cepat, kebanyakan memang tidak mengakibatkan sakit parah. Tapi dunia tetap harus belajar hidup dengan pandemi, kata WHO.
Iklan
Sejak beberapa waktu belakangan, dengan makin banyak data masuk, ada harapan bahwa varian omicron tidak menyebabkan penyakit parah secara massal. Namun Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa mengingatkan: "Masih ada musim dingin yang berat di hadapan kita."
Tapi situasi di banyak tempat memang tidak separah yang dikhawatirkan semula. "Sekarang kita memiliki instrumen, untuk meredamnya", kata pejabat WHO urusan pandemi Maria Van Kerkhove baru-baru ini. Kita bisa "mengakhiri pandemi ini pada 2022", tambahnya,
Instrumen yang dimaksud antara lain vaksin yang semakin banyak dan didistribusikan makin cepat, dan obat penyakit Covid-19 yang sekarang juga mulai diproduksi secara massal.
Vaksinasi dan penyebaran vaksin tidak merata
Dalam waktu setahun, sekitar 8,5 miliar dosis vaksin sudah digunakan di seluruh dunia. Sampai pertengahan tahun depan produksi vaksin diperkirakan akan mencapai 24 miliar dosis, cukup untuk memvaksinasi seluruh penduduk dunia.
Iklan
Namun masalahnya, pembagian vaksin dan kecepatan vaksinasi berbeda-beda. Sementara di beberapa negara vaksin booster sudah mulai diberikan dan anak-anak juga mendapat vaksinasi, di beberapa negara lain bahkan belum semua tenaga kesehatan bisa divaksinasi.
WHO kembali mengingatkan ketidakadilan dalam pembagian vaksin. Di negara industri kaya, tingkat vaksinasi rata-rata sudah mencapai 67 persen penduduk, sementara di negara miskin belum mencapai 20 persen, kata Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Percepatan dan kampanye booster hanya akan memperpanjang pandemi, bukan mengakhirinya", dia mengingatkan. Karena jika virus corona terus bersirkulasi di negara-negara miskin, virus itu bisa terus bermutasi dan kembali lagi ke negara-negara yang sudah melakukan vaksinasi secara luas. Contoh terbaru adalah varian omicron yang pertama muncul di kawasan Afrika.
Kesulitan Dengan Sekolah di Rumah? Nyalakan Saja Radionya!
Siswa sekolah di daerah pedesaan Bolivia sekarang menyukai radio lebih dari sebelumnya. Akibat pandemi, mereka tertinggal pelajaran sekolah. Tapi sekarang para siswa kembali ke jalurnya, berkat Radio Escuela.
Foto: Arturo Cuevas Montaño/CEPRA
Bintang Radio Escuela yang sedang naik daun
Jhordy Vargas Nogales adalah seorang selebriti di desanya Colomi. Anak berusia 12 tahun itu menjadi pembawa acara program Radio Escuela di "Radio 13 de noviembre" ("Radio 13 November"). Anak-anak menulis kepadanya saat siaran, dan setelah mendengarkan musik, dia membacakan komentar mereka secara langsung.
Foto: Benedikt Borchers/DW Akademie
Pahlawan radio sekolah
"Radio masih memiliki pendengar di daerah pedesaan," kata Arturo Cuevas Montaño dari Centro de Producción Radiofónica (CEPRA). Dia mengoordinasikan produksi radio sebagai bagian dari proyek dan senang siarannya sukses menjangkau anak-anak. "Masing-masing memiliki karakter favorit dan ingin bertemu orang-orang di balik suara itu," katanya. "Dan mereka tahu detail dari setiap program!"
Foto: Benedikt Borchers/DW Akademie
Ruang kelas lewat udara
"Bagaimana kita merawat tanaman?" Miguel Peña Villaroel bertanya kepada siswa sekolah yang mengunjungi studio radio "Suara petani". Setiap minggu, ia mengundang kelompok sekolah untuk mendengarkan siaran Radio Escuela miliknya. "Itu dimulai beberapa minggu yang lalu," dia menjelaskan. "Seorang guru Bersama kelasnya, baru saja muncul di pintu studio dan ingin belajar lebih banyak tentang radio."
Foto: Benedikt Borchers/DW Akademie
Wawasan ke pasca pandemi
Justo Copa Rojas adalah seorang guru di Mizque dan menggunakan program dan materi Radio Escuela sebagai bagian dari pelajarannya. Dia senang dengan tema yang mereka bahas. "Ini adalah berbagai masalah yang secara langsung mempengaruhi kehidupan kita," katanya. Saat siswa perlahan kembali ke kelas, dia mengatakan akan terus menggunakan materi untuk melengkapi topik pengajarannya.
Foto: Benedikt Borchers/DW Akademie
Belajar dengan langsung menerapkannya
"Anak-anak belajar beragam tema tidak hanya dengan mendengarkan radio. Mereka belajar dengan melibatkan diri mereka sendiri," kata Juan Luis Gutierrez Dalence, koordinator di CEPRA. Dia senang mengunjungi sekolah-sekolah di komunitas pedesaan. "Ketika anak-anak saling mewawancarai terkait program radio ini, mereka juga melatih keterampilan media mereka, jelasnya”.
Foto: Benedikt Borchers/DW Akademie
Radio memicu kreativitas
"Saya suka programnya. Saya belajar banyak dan itu membuat saya tertawa," kata Fernando Sebastian Revollo Rodriguez. "Aku juga suka kuis!" Anak kelas empat itu, juga ingin mengembangkan ceritanya sendiri, "tentang bagaimana saya hidup, tentang sekolah saya, dan tentang anjing saya, ayam saya, dan kucing saya, Lucas," katanya.
Foto: Benedikt Borchers/DW Akademie
Pengajaran yang efektif
Silvia Montencinos Gomez aktif dengan "Radio CEPRA" di Sacaba. Dia secara teratur mengunjungi sekolah dan menemani guru saat mereka menggunakan Radio Escuela. "Kami mendengarkan program dan menggunakan latihan dan permainan yang termasuk dalam materi pembelajaran," katanya. "Siswa setelahnya ingin belajar lebih banyak tentang beragam tema karena sangat berbeda dari cara yang biasanya diajarkan."
Foto: Arturo Cuevas Montaño/CEPRA
Pekerjaan impian: Pembawa acara radio
"Saya ingin acara radio dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan anak-anak, jadi saya mulai memoderasi diri saya sendiri," jelas Gretzel Camacho. Dia mendukung Radio Capinota dan berbicara dengan orang tua, siswa dan guru. Sebagai pendidik ia melihat Radio Escuela membangkitkan rasa ingin tahu anak-anak. "Siswa mengajukan pertanyaan dan ingin membahas masalah mereka di radio," katanya. (rs/as)
Foto: Arturo Cuevas Montaño/CEPRA
8 foto1 | 8
Situasi tetap bisa menjadi di luar kendali
"Di kawasan yang miskin dan belum terjamah vaksinasi secara luas, virus corona akan menggunakan kesempatan untuk bermutasi dan mengembangkan diri", kata pejabat WHO untuk urusan kedaruratan Michael Ryan.
Professor Gautam Menon dari Universitas Ashoka di India mengatakan, negara-negara industri kaya "berpikir terlalu pendek, kalau mau membebaskan diri dari penyakit dengan memvaksinasi dirinya sendiri."
Sementara sebagian pakar menganggap, penyakit Covid-19 tidak lama lagi akan bisa dikendalikan dan akan menjadi endemi seperti penyakit-penyakit lain, WHO tetap mengingatkan bahwa munculnya mutasi-mutasi baru tetap bisa membuat situasi menjadi di luar kendali, karena dunia "belum cukup siap", kata Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.