WHO Peringatkan Negara-negara soal "Kelelahan Pandemi"
27 Oktober 2020
Dirjen WHO memperingatkan orang-orang di dunia agar tidak menyerah melawan pandemi COVID-19 meskipun melelahkan secara fisik dan mental. Sementara itu, para peneliti telah mempelajari efek polusi pada kematian COVID-19.
Iklan
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan negara-negara terhadap "kelelahan pandemi" dan kerugian fisik dan mental karena angka kasus melonjak di seluruh dunia, terutama di negara-negara belahan utara bumi seperti Eropa dan Amerika Utara.
"Bekerja dari rumah, anak-anak sekolah jarak jauh, tidak dapat merayakan pencapaian bersama teman dan keluarga, atau tidak berada di sana untuk meratapi orang yang dicintai - itu berat dan kelelahan itu nyata adanya," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Senin (26/10).
Namun, dia mengimbau agar orang-orang tidak menyerah. "Para pemimpin harus menyeimbangkan kesulitan hidup dengan kebutuhan untuk melindungi petugas kesehatan dan sistem kesehatan saat perawatan intensif terisi."
Ghebreyesus juga memperingatkan negara-negara agar tidak mempolitisasi pandemi. "Di mana telah terjadi perpecahan politik di tingkat nasional; di mana telah ada rasa tidak hormat yang terang-terangan terhadap para ahli sains dan kesehatan, kebingungan telah menyebar dan kasus serta kematian telah meningkat."
Eropa Perketat Pembatasan Hadapi Gelombang Kedua COVID-19
Eropa menghadapi situasi serius dengan mencatat rekor tertinggi kasus corona baru sejak wabah menyebar pada awal tahun. Eropa kembali perketat aturan pembatasan, namun berupaya hindari lockdown untuk melindungi ekonomi.
Foto: Getty Images/AFP/M. Medina
Jerman memperketat pembatasan di sejumlah kota
München menjadi kota besar terbaru yang melampaui ambang batas angka kasus virus corona di Jerman. Sementara di Berlin, untuk pertama kalinya dalam 70 tahun terakhir, aturan jam malam kembali diberlakukan. Semua kegiatan bisnis di Berlin harus tutup pukul 11 malam, setidaknya hingga akhir Oktober 2020. Jumlah orang yang diperbolehkan bertemu di luar pada malam hari dibatasi hingga lima orang.
Foto: Fabrizio Bensch/Reuters
Republik Ceko memperketat lockdown
Republik Ceko yang sebelumnya dipuji karena tanggap merespons pandemi, kini tertatih-tatih di ambang lockdown kedua. Pemerintah menetapkan keadaan darurat sejak 5 Oktober. Warga diwajibkan memakai masker dan gereja hanya dibatasi untuk 10 orang. Pusat perbelanjaan telah diinstruksikan untuk mematikan Wi-Fi untuk mencegah kaum muda berkumpul.
Foto: Gabriel Kuchta/Getty Images
Spanyol menetapkan keadaan darurat
Pemerintah Spanyol telah menetapkan keadaan darurat selama 15 hari di Madrid. Namun, langkah yang memungkinkan pemerintah pusat untuk memberlakukan tindakan karantina di seluruh negeri itu memicu protes. Pemerintah pusat memberlakukan tindakan itu karena pemerintah daerah Madrid menolak seruan untuk memberlakukan langkah yang lebih ketat guna mengendalikan penyebaran virus.
Foto: SOPA Images/ZUMA Wire/picture-alliance
Polisi di Prancis patroli menegakkan aturan pembatasan
Bar di Paris ditutup setelah kasus COVID-19 meningkat tajam. Dua kota lainnya, Toulouse dan Montpellier, meningkatkan kewaspadaan ke level paling tinggi. Pada Sabtu 10 Oktober 2020, Prancis mencatat hampir 27.000 kasus COVID-19, yang menjadi angka kasus harian tertinggi. Di Paris dan sekitarnya, polisi melakukan patroli untuk memastikan bar ditutup dan pengunjung restoran mematuhi jarak sosial.
Foto: Kiran Ridley/Getty Images
Polandia terapkan aturan baru, namun tetap membuka sekolah
Polandia menerapkan aturan baru setelah mencatat rekor infeksi selama lima hari berturut-turut. Namun, sekolah di Polandia tetap dibuka. Warga berusia antara 60 hingga 65 tahun memiliki jam belanja khusus dari jam 10 pagi hingga siang hari. Setiap orang diwajibkan memakai masker di ruang publik. Negara berpenduduk 38 juta jiwa itu sejauh ini mencatat 121.638 kasus dan 2.972 kematian.
Foto: Reuters/K. Pempel
Slovakia larang kerumunan lebih dari enam orang
Di Slovakia, aturan baru hanya memperbolehkan maksimal enam orang untuk berkumpul, namun anggota keluarga mendapat pengecualian. Warga diwajibkan memakai masker dan semua acara publik dilarang, termasuk layanan keagamaan di gereja. Pusat kebugaran ditutup, sementara restoran tidak boleh melayani makan di tempat. Foto di atas menunjukkan penggemar hoki di Bratislava yang memprotes aturan baru.
Foto: Pavel Neubauer/dpa/picture-alliance
Inggris gunakan sistem peringatan tiga tingkat
Pemerintah Inggris memperkenalkan sistem peringatan tiga tingkat untuk memberi informasi terkait angka kasus COVID-19. Sistem baru ini mengklasifikasikan area yang memiliki risiko "sedang", "tinggi", atau "sangat tinggi". Liverpool diperkirakan berada di tingkat tertinggi dan akan memperketat aturan pembatasan, seperti menutup pusat kebugaran, pub, dan kasino. (pkp/rap)
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Jerman dan Siprus itu mengamati data kesehatan dan penyakit di AS dan Cina terkait polusi udara. Para peneliti menggabungkannya dengan data satelit tentang paparan global terhadap partikel mikroskopis dan polusi di darat.
Di Asia Timur, penelitian mengatakan bahwa 27% kematian terkait COVID-19 dapat dikaitkan dengan kualitas udara yang buruk. Sementara di Eropa tercatat sebesar 19%, dan 17% di Amerika Utara.
Tim penulis penelitian tersebut menekankan bahwa tidak berarti polusi udara itu sendiri berkontribusi langsung pada kematian, tetapi bisa menjadi faktor pendamping.