Penyakit Misterius Dikhawatirkan Akan Menjadi Pandemi
12 Maret 2018
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menambahkan sebuah penyakit misterius - dijuluki 'Penyakit X' - ke dalam daftar penyakit yang dikhawatirkan dapat memicu pandemi global di masa depan.
Iklan
Sejak tahun 2015, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setiap tahunnya menyusun daftar penyakit yang berpotensi memicu epidemi global. Tahun ini, untuk pertama kalinya "penyakit X" masuk dalam daftar tersebut. Menurut WHO, "penyakit X" mengacu pada penyakit yang asal-usulnya, pola penularan dan juga dampaknya belum diketahui, namun bisa memiliki efek berbahaya pada manusia.
Sejauh ini, terdapat delapan penyakit yang telah diketahui ada dalam daftar milik WHO ini: Ebola, demam Lassa, virus Zika, Demam berdarah Krimea-Kongo, virus Mers-CoV, Nipah dan virus Henipa, serta demam Rift Valley.
"Dari sejarah dapat dipelajari bahwa wabah besar berikutnya kemungkinan akan menjadi sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya," dikatakan John-Arne Rottingen, ilmuwan yang menjadi penasehat WHO, seperti dikutip harian Telegraph.
5 Penyakit yang Bisa Dipicu oleh Pemanasan Global
Suhu lebih hangat berarti virus yang beku bisa meleleh, serangga pembawa penyakit bisa bepergian lebih jauh dan penyebaran penyakit akan menjadi global. Berikut lima penyakit yang bisa dipicu oleh perubahan iklim.
Foto: Reuters/P. Askin
Antraks
Agustus 2016, seorang anak meninggal dunia di Siberia akibat antraks dan 20 warga didiagnosa terjangkit bakteri berbahaya itu. Antraks juga membunuh 2300 rusa di wilayah tersebut. Antraks berasal dari bangkai rusa yang mati 75 tahun lalu saat terakhir kali antraks menyebar disana. Bangkai yang selama ini membeku mencair akibat naiknya suhu dan mengaktifkan kembali bakteri yang ada di dalamnya.
Foto: Reuters
Kolera
Menurut pakar penyakit menular Dr. David M. Morens: "Kolera ada berada dalam peringkat teratas di daftar penyakit yang harus diwaspadai karena perubahan iklim. Kolera mudah mewabah di suhu hangat. Jadi semakin hangat bumi, semakin berbahaya."
Foto: AP
Zika dan Virus Nil Barat
Nyamuk Aedes aegypti adalah pembawa utama virus Zika. Para ilmuwan memperingatkan, dengan suhu yang terus meningkat dan sebanding dengan daerah tropis, nyamuk akan lebih luas jangkauan penyebarannya. Menurut hasil studi UCLA, hal yang sama akan terjadi dengan penyebaran virus Nil Barat yang dibawa oleh nyamuk Culex.
Foto: Reuters/U. Marcelino
Penyakit Lyme
Jumlah penderita penyakit Lyme meningkat drastis. 11.700 kasus dilaporkan tahun 1995, dan di tahun 2013 jumlahnya 27.203. Penyakit bakterial ini menyebabkan kelelahan, demam, sakit sendi, ruam kulit dan komplikasi pada sistem saraf. Udara yang lebih hangat berarti telur caplak akan lebih cepat menetas, sehingga caplak punya kesempatan lebih besar untuk mencari manusia yang bisa diinfeksi.
Foto: AP
Virus Tak Dikenal
Semakin banyak virus "kuno" yang terbangun dari tidurnya akibat pemanasan global. Sejak 2003 setidaknya ada 4 yang diketahui. Virus terakhir adalah Mollivirus sibericum, virus raksasa berumur 30.000 tahun yang hanya bisa menginfeksi organisme bersel tunggal, tidak manusia maupun hewan. Walau demikian, ilmuwan memperingatkan akan kemunculan virus-virus patogen baru. vlz/yf (berbagai sumber)
Foto: Reuters/P. Askin
5 foto1 | 5
Meskipun cukup aneh untuk menambahkan penyakit X ke dalam daftar, namun sangatlah penting untuk mempersiapkan diri jika terjadi keadaan darurat. Diperlukan cara dan sistem yang memungkinkan untuk dilakukannya tindakan penanggulangan berbagai macam penyakit dengan cepat.
Penyakit X masih misterius juga karena belum jelas apakah penyakit ini disebabkan patogen mutan, seperti flu Spanyol, atau apakah pemicunya adalah patogen yang telah diketahui namun menunjukkan fitur yang sebelumnya tidak diketahui. Atau mungkin juga bisa muncul pemicu yang tidak diketahui sebelumnya, demikian menurut WHO.
Menurut para ahli, kemungkinan besar adalah bahwa "penyakit X" merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan dari binatang liar ke manusia, seperti pandemi Ebola di Afrika Barat (2013-2016). Pandemi Ebola ini terjadi setelah seekor kelelawar yang terinfeksi virus menggigt seorang bocah, yang kemudian menginfeksi keluarganya. Virus kemudian menyebar dengan cepat menewaskan hampir 11.000 orang meninggal di Guinea, Liberia dan Sierra Leone.
8 Virus Paling Berbahaya
Virus tetap jadi ancaman kesehatan bagi manusia. Walaupun ilmuwan sudah berhasil temukan vaksin untuk sejumlah virus, beberapa tetap menjadi ancaman. Berikut 8 virus yang paling berbahaya.
Foto: Christian Ohde/CHROMORANGE/picture alliance
Corona SARS-CoV-2
Virus corona SARS-CoV-2 yang memicu pandemi Covid-19 tiba-tiba muncul di kota Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019. Ketika itu ratusan orang diserang penyakit misterius mirip pneumonia dengan angka fatalitas sangat tinggi. Virus corona menyebar cepat ke seluruh dunia, menjadi pandemi yang mematikan. Hingga akhir Juli 2021, sedikitnya 205 juta orang terinfeksi dan 4,32 juta meninggal akibat Covid-19.
Foto: Christian Ohde/CHROMORANGE/picture alliance
Marburg
Virus paling berbahaya adalah virus Marburg. Namanya berasal dari kota kecil di sungai Lahn yang tidak ada hubungannya dengan penyakit tersebut. Virus Marburg adalah virus yang menyebabkan demam berdarah. Seperti Ebola, virus Marburg menyerang membran mukosa, kulit dan organ tubuh. Tingkat fatalitas mencapai 90 persen.
Foto: picture alliance/dpa
Ebola
Ada lima jenis virus Ebola, yakni: Zaire, Sudan, Tai Forest, Bundibugyo dan Reston. Virus Ebola Zaire adalah yang paling mematikan. Angka mortalitasnya 90%. Inilah jenis yang pernah menyebar antara lain di Guinea, Sierra Leone dan Liberia. Menurut ilmuwan kemungkinan kalong menjadi hewan yang menyebarkan virus ebola zaire ke kota-kota.
Foto: picture-alliance/NIAID/BSIP
HIV
Virus ini adalah salah satu yang paling mematikan di jaman modern. Sejak pertama kali dikenali tahun 1980-an, lebih dari 35 juta orang meninggal karena terinfeksi virus ini. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, dan melemahkan pertahanan terhadap infeksi dan sejumlah tipe kanker. (Gambar: ilustrasi partikel virus HIV di dalam darah.)
Foto: Imago Images/Science Photo Library
Dengue
Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue. Ada beberapa jenis nyamuk yang menularkan virus tersebut. Demam dengue dapat membahayakan nyawa penderita. Antara lain lewat pendarahan, kebocoran pembuluh darah dan tekanan darah rendah. Dua milyar orang tinggal di kawasan yang terancam oleh demam dengue, termasuk di Indonesia.
Foto: picture-alliance/dpa
Hanta
Virus ini bisa diitemukan pada hewan pengerat seperti tikus. Manusia dapat tertular bila melakukan kontak dengan hewan dan kotorannya. Hanta berasal dari nama sungai dimana tentara AS diduga pertama kali terinfeksi virus tersebut saat Perang Korea tahun 1950. Gejalanya termasuk penyakit paru-paru, demam dan gagal ginjal.
Foto: REUTERS
H5N1
Berbagai kasus flu burung menyebabkan panik global. Tidak heran tingkat kematiannya mencapai 70 persen. Tapi sebenarnya, resiko tertular H5N1 cukup rendah. Manusia hanya bisa terinfeksi melalui kontak langsung dengan unggas. Ini penyebab mengapa kebanyakan korban ditemukan di Asia, di mana warga biasa tinggal dekat dengan ayam atau burung.
Foto: AP
Lassa
Seorang perawat di Nigeria adalah orang pertama yang terinfeksi virus Lassa. Virus ini dibawa oleh hewan pengerat. Kasusnya bisa menjadi endemis, yang artinya virus muncul di wilayah khusus, bagian barat Afrika, dan dapat kembali mewabah di sana setiap saat. Ilmuwan memperkirakan 15 persen hewan pengerat di daerah Afrika barat menjadi pembawa virus tersebut. (Sumber tambahan: livescience, Ed.: ml)
Foto: picture-alliance/dpa
8 foto1 | 8
Dilaporkan harian Süddeutsche Zeitung, satu instansi milik pemerintah AS yang meneliti prediksi penyakit juga telah mengidentifikasi daerah potensial di mana virus berbahaya kemungkinan besar akan mucul: koloni kelelawar di Amerika Tengah dan Selatan, tikus di Afrika Tengah.
"Seiring ekosistem dan habitat manusia yang terus berubah, selalu ada risiko bahwa penyakit yang diderita hewan akan menular pada ke manusia. Ini merupakan proses alami dan sangat penting bahwa kita menyadarinya dan mempersiapkannya. Ini kemungkinan menjadi risiko terbesar," dikatakan John-Arne Rottingen.
Satu pemicu lain yang kemungkinan menjadi sumber "penyakit X" adalah pengembangan penyakit menular yang disengaja untuk digunakan sebagai senjata, seperti yang dilaporkan harian Inggris Telegraph.
Beberapa waktu lalu, telah dilaporkan adanya rencana penggunaan senjata biologis mematikan. Pada tahun 2014, sebuah laptop milik ISIS yang berhasil disita mengungkapkan rencana serangan dengan menggunakan bakteri penyebab penyakit pes.
Penyakit Yang Ikut Mengembara
Perdagangan dan turisme internasional, mempertukarkan intensif barang dan orang antar benua. Dampaknya penyakit dan parasit juga ikut menyebar. Ini bisa memicu efek serius.
Foto: picture-alliance/dpa/U. Perrey
Virus Usutu
Virus yang asalnya dari Afrika ini sekarang sudah menyebar ke Jerman. Ribuan burung sikatan hitam mati akibat virus. Belum jelas, apakah virus juga mematikan jenis burung lain. Infeksi Usutu sejauh ini baru menginfeksi satu orang di Jerman. Simptom khas tidak terlihat. Tapi di seluruh Eropa ditemukan lima kasus berat.
Foto: Imago/Blickwinkel
Flu Burung
Sepuluh tahun lalu kasus flu burung pertama ditemukan di Jerman. Sejak itu, kasus virus tersebut kerap muncul di Jerman. Baru-baru ini kasus baru menyerang peternakan di Mannheim. Diduga, flu burung disebar burung pengelana, atau ditransfer lewat perdagangan unggas ke Jerman.
Foto: picture-alliance/ dpa
Jamur Pelahap Feuersalamander
Sejenis jamur kulit mengancam jenis Salamander khas Eropa yang disebut Feuersalamander (Salamander Api). Jamur yang dijuluki Feuersalamanderfresser (pemakan Salamander Api) diduga datang bersama sejenis katak ke Eropa. 2015 kasus pertama ditemukan. Di Belanda dan Belgia infeksi jamur sudah menyebabkan punahnya sejumlah populasi.
Foto: picture-alliance / dpa
Malaria Burung
Jenis malaria ini juga disebar nyamuk. Burung yang terinfeksi terserang demam dan kekurangan darah. Akhir abad ke-19, malaria burung mencapai Hawaii dan menyebabkan punahnya sejumlah jenis burung. Sekarang, nasib sama mengancam burung-burung di kepulauan Galapagos. Nyamuk itu dibawa pesawat terbang ke kepulauan tersebut.
Foto: Imago
Tikus
Tikus sebenarnya bukan penyakit, tetapi tikus hewan yang sangat invasif. Karena rasa laparnya yang besar, dan perkembangbiakan yang sangat cepat, tikus berkembang biak dengan cepat. Di Pulau Gough di Atlantik tikus-tikus merejalela dan memangsa anak burung yang khas di Gough. Kini jenis burung itu terancam punah.
Foto: picture alliance/Arco Images/K. Hinze
Cacing Kulit Anjing
Larva cacing kulit anjing disebarkan oleh nyamuk. Dulu penyakit ini hanya ditemukan di Eropa Selatan, Afrika dan Asia. Kasus pertama penyakit ini di Jerman ditemukan 2015. Manusia bisa menjadi inang. Larva cacing tidak bisa berkembangbiak di bawah kulit manusia. Tapi jika berkembang, cacing ini bisa menyebabkan penyakit Meningitis. Penulis: Hannah Lesch (ml/as)
Foto: picture-alliance/dpa/U. Perrey
6 foto1 | 6
Apapun kasus yang mungkin terjadi, WHO berharap bahwa daftar penyakit yang disusunnya ini akan memacu pemerintah di seluruh dunia untuk meningkatkan sistem kesehatan. Sistem perawatan primer (dokter dan perawat) adalah kunci untuk menjaga kesehatan masyarakat, karena ini adalah pilihan terbaik untuk mendeteksi wabah penyakit baru sejak dini, dan membendungnya sebelum menyebar.
Lebih jauh WHO mengatakan, beberapa penyakit, seperti demam hemoragik dan enterovirus non-polio dihapus dari daftar. Namun WHO memperingatkan bahwa patogen penyakit-penyakit tersebut masih bisa menimbulkan risiko serius terhadap kesehatan masyarakat, dan harus "diawasi dengan cermat".
yf/vlz (telegraph,süddeutsche zeitung, focus)
Jauhkan Kuman Mematikan dari Dapur Anda
Super bug atau bakteri super kebal antibiotika sulit untuk dibasmi. Bakteri ini juga bisa berkembang di rumah Anda. Misalnya lewat daging segar. Kondisi dapur yang higienis bisa turut mencegah ancaman bakteri tersebut.
Foto: Colourbox
Dari Peternakan ke Rumah
Penyalahgunaan antibiotika di industri peternakan bisa memicu perkembangbiakan bakteri super yang berbahaya. Daging mentah yang dijual di supermarket bisa mengandung bakteri yang multi resisten antibiotika yang akhirnya mendarat di dalam tubuh manusia. Bakteri super sangat berbahaya bagi mereka yang sedang sakit dan lemah daya tahan tubuhnya.
Foto: Colourbox
Mencairkan Makanan Beku dengan Benar
Semakin besar ukuran dagingnya, semakin penting memastikan tidak ada lagi bagian daging yang beku. Jadi suhu yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri bisa tercapai saat daging dimasak. Makanan beku idealnya dicairkan di dalam kulkas, sehingga turut mencegah bakteri berkembang biak. Air lelehannya tidak boleh mencemari makanan lainnya.
Foto: Colourbox
Pilih Peralatan Dapur Yang Benar
Menurut para pakar, talenan sebaiknya terbuat dari kaca. Kuman dan bibit penyakit bisa mudah terkumpul dan berkembang biak di serat-serat bekas goresan pisau di talenan yang terbuat dari plastik atau kayu.
Foto: picture-alliance/L. Halbauer
Alat Terpisah Untuk Makanan Mentah
Gunakan alat dapur yang berbeda untuk mengolah daging mentah, sayur mentah dan selada. Kuman akan mati setelah dimasak. Jadi makanan mentah bisa menyebarkan bakteri super yang resisten antibiotika. Bahkan makanan yang sudah dimasak, tidak boleh tersentuh oleh alat dapur yang sebelumnya digunakan untuk mengolah daging mentah.
Foto: Colourbox
Pastikan Makanan Dimasak Secara Benar
Patogen paling berbahaya baru bisa terbunuh pada suhu 70 derajat Celsius. Karena itu penting untuk memasak daging mentah secara benar. Kuman tidak otomatis terbunuh jika memasak makanan dengan microwave.
Foto: Colourbox
Cuci Tangan
Tangan harus dicuci dengan sabun dan air panas sebelum dan setelah memasak. Tangan harus segera dicuci setelah mengolah daging mentah, unggas, ikan dan telur. Sebaiknya, gunakan sarung tangan sekali pakai.
Foto: Colourbox
Bersihkan!
Peralatan dapur dan semua permukaan di dapur harus dibersihkan dengan air panas dan produk pembersih setelah digunakan. Jika menggunakan mesin cuci piring, peralatan untuk mengolah produk hewan mentah harus dicuci dengan suhu minimal 60 derajat Celsius. Para pakar juga mengatakan, tidak perlu mengunakan desinfektan di rumah.