1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanIndonesia

WHO Selidiki Kasus Kematian Akibat Obat Batuk di 3 Negara

24 Januari 2023

Organisasi Kesehatan Dunia WHO mulai selidiki hubungan produsen obat yang tewaskan 300 anak di tiga negara, termasuk Indonesia, akibat kontaminasi zat beracun.

Seseorang sedang menuangkan obat sirop ke sendok
Foto ilustrasi obat batuk siropFoto: Lev Dolgachov/Zoonar/picture alliance

World Health Organisastion (WHO) atau Organisaisi Kesehatan Dunia tengah menyelidiki hubungan antara produsen obat batuk sirop yang terkontaminasi dengan jumlah kematian anak di tiga negara yang mencapai 300 jiwa. Hal ini disampaikan oleh sumber terpercaya Reuters.

Mengutip soal "tingkat yang tidak dapat diterima” pada racun obat batuk itu, WHO sedang mendalami informasi lebih lanjut mengenai detail materi mentah yang digunakan oleh enam pabrik di India dan Indonesia, yang dikaitkan dengan angka kematian belakangan ini. Serta, keterlibatan pihak pemasok yang sama kepada perusahaan tersebut. Namun, WHO belum menyebutkan pihak-pihak pemasok itu.

Selain itu, WHO juga disebut tengah mempertimbangkan akan menyarankan kembali para keluarga di seluruh dunia terkait penggunaan obat batuk sirop kepada anak anak secara umum. Padahal, masalah soal keamanan beberapa produk masih belum dapat diselesaikan, kata sumber itu. Para pakar WHO sedang mengevaluasi temuan hingga soal waktu yang disarankan  untuk obat batuk sirop itu dapat diberikan kepada anak-anak, jelas sumber tersebut.

Penyakit Tropis Diabaikan Walaupun Jadi Bahaya Besar

03:30

This browser does not support the video element.

WHO Minta Tindakan Cepat dan Terarah 

WHO sendiri telah meminta "tindakan cepat dan terarah” untuk melindungi anak-anak dari obat-obatan yang terkontaminasi usai rentetan kasus kematian akibat obat batuk sirop tahun lalu.

Kasus kematian anak akibat gagal ginjal akut dimulai sejak Juli 2022 di Gambia. Kemudian, hal serupa terjadi di Indonesia dan Uzbekistan. WHO mengungkap kematian itu berkaitan dengan konsumsi berlebih anak-anak terhadap obat batuk sirop yang dijual bebas, serta akibat adanya kontaminasi racun dietilen glikol dan etilen glikol.

"Pencemar itu merupakan bahan kimia beracun yang biasa digunakan sebagai pelarut industrial dan bahan antibeku yang dapat berakibat fatal meskipun dikonsumsi dalam jumlah sedikit. Senyawa ini tak boleh terkandung dalam obat-obatan,” kata WHO.

Selain Indonesia, Gambia dan Uzbekistan, WHO juga menyebut bahwa Filipina, Timor Leste, Senegal dan Kamboja berpotensi terdampak akibat penjualan obat-obatan yang masih berlangsung. WHO mengajak tindakan nyata dari 194 negara lainnya untuk mencegah kematian di kasus ini.

"Karena ini bukan kejadian yang terjadi sekali, WHO meminta agar berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam rantai pasokan medis untuk mengambil tindakan segera dan terkoordinasi,” tegas WHO.

WHO sebetulnya telah mengeluarkan peringatan khusus terhadap produk obat batuk pada Oktober 2022 lalu dan awal bulan ini. WHO meminta agar obat-obatan yang dibuat oleh Maiden Pharmeceuticals India dan Marion Biotech tak dipajang di rak obat-obatan. Diduga kedua obat itu menyebabkan kematian di Gambia dan Uzbekistan.

Tahun lalu juga WHO mengeluarkan peringatan terhdap obat batuk sirop yang diproduksi oleh empat produsen di Indonesia yang dijual di dalam negeri, yakni PT Yarindo Farmatama, PT Universal Pharmaceutical, PT Konimex and PT AFI Pharma. Hanya saja, para perusahaan itu membantah produknya terkontaminasi atau menolak berkomentar saat penyelidikan tengah berlangsung.

mh/yf (Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait