Terkait demonstrasi mahasiswa yang berlangsung selama beberapa hari ini, Menko Polhukam Wiranto mengatakan bahwa pihak yang ambil alih demonstrasi memiliki tujuan menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden.
Iklan
Menko Polhukam Wiranto menyesalkan demonstrasi mahasiswa dalam beberapa hari ini diambil alih oleh pihak lain yang berupaya membuat kekacauan. Wiranto menyebut para perusuh itu mencoba menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden.
"Saya kira yang dihadapi kelompok yang mengambil alih demo mahasiswa itu bukan murni untuk mengoreksi kebijakan lain, tapi telah cukup bukti mereka ingin menduduki DPR dan MPR agar DPR tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam arti DPR tidak dapat dilantik dan lebih jauh lagi tujuan akhirnya menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih," kata Wiranto saat jumpa pers di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Kamis (26/09).
Wiranto menyesalkan demonstrasi mahasiswa yang elegan ditunggangi kepentingan lain. Menurut Wiranto, massa perusuh melakukan tindakan brutal dengan menyerang aparat keamanan.
Menuntut Agenda Reformasi yang Belum Usai
Mahasiswa di Indonesia pada Senin (23/09) dan Selasa (24/09) berunjuk rasa menuntut dibatalkannya RUU KUHP dan UU KPK yang dinilai sebagai langkah mundur dari cita-cita reformasi 1998.
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Protes oligarki politik
Aksi mahasiswa di sejumlah daerah di Indonesia pada Senin (23/09) dan Selasa (24/09) dilandasi penilaian bahwa politik Indonesia saat ini dikuasai oleh kelas borjuis yang oligarkis (pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu).
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Tuntut batalkan RUU bermasalah
Mahasiswa berpendapat penguasaan oligarki tercermin dalam pasal-pasal di RUU KPK, RUU KUHP, dan sederet program legislasi lainnya. RUU KPK telah disahkan DPR menjadi Undang-Undang pada 17 September 2019. Mereka pun menuntut dibatalkannya RUU ini karena dinilai langkah mundur dari cita-cita reformasi.
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Ribuan aparat bersiaga
Ribuan aparat bersiaga mengamankan aksi unjuk rasa. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan kepada wartawan setidaknya sekitar 18 ribu personel gabungan TNI/Polri disiagakan untuk mengamankan demo hari Selasa di depan gedung DPR/MPR di Senayan, Jakarta.
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Bergabung di aksi lanjutan
Pada Selasa (24/09) mahasiswa kembali menggelar demonstrasi di depan gedung DPR dan beberapa gedung DPRD seperti di Medan dan Semarang. Dalam foto terlihat sejumlah mahasiswa di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, berusaha untuk bergabung menyuarakan pendapat bersama dengan rekan mereka.
Foto: DW/D. Purba
Tembakkan gas air mata
Demonstrasi di depan gedung DPR RI Senayan, Jakarta, sempat tereskalasi. Untuk membubarkan konsentrasi massa mahasiswa sekitar pukul 16:23 WIB pihak kepolisian menembakkan gas air mata ke arah ribuan mahasiswa. Sebuah pohon di depan gedung DPR dilaporkan terbakar saat terjadi bentrokan.
Foto: DW/D. Purba
Ricuh di sejumlah daerah
Peserta aksi pada Selasa (24/09) terlihat berupaya memulihkan mata mereka setelah polisi menembakkan gas air mata ke arah mahasiswa. Tidak hanya di Jakarta, aksi mahasiswa di Medan, Makassar, Bandung dan Bengkulu juga berakhir ricuh dan terjadi bentrokan dengan aparat. (ae/ Laporan DW dari Jakarta oleh Prihardani Purba)
Foto: DW/D. Purba
6 foto1 | 6
"Kita sangat menyesalkan demonstrasi yang konstruktif, yang bernuansa elegan itu kemudian diambil alih untuk demonstrasi yang tidak lagi mengarah apa yang telah dijawab pemerintah dan DPR, demo yang brutal yang saya kira bukan demonstrasi karena dilakukan para perusuh melawan petugas melempar batu, meluncurkan kembang api, panah-panah api kepada petugas, bergerak di malam hari," ujar dia.
Wiranto menyebut tindakan brutal itu tak sesuai dengan aturan yang ada. Dia berharap semua pihak dapat menjaga keamanan tetap kondusif.