1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

WNI ini Memilih Bertahan di Gaza

9 November 2023

Sementara yang lainnya mengungsi karena gentingnya situasi di tengah konflik, Fikri Rofiul Haq dan beberapa rekan Indonesia lainnya memilih untuk bertahan di Gaza. Apa alsannya dan bagaimana kondisinya?

Fikri Haq di Gaza
Fikri (kanan9 dan para relawan MER-CFoto: RSI-Mer-C

"Saya dan juga dua relawan MER-C lainnya memilih untuk menetap di Gaza mengingat kami akan terus membantu warga Gaza, yang saat ini banyak sekali membutuhkan bantuan-bantuan dan juga terkhusus kita akan membantu juga ke Rumah Sakit Indonesia yang sampai saat ini, warga-warga yang mengalami luka-luka terus dilarikan ke rumah sakit Indonesia," ujar relawan MER-C di Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Fikri Rofiul Haq yang memilih bertahan di Gaza bersama rekan-rekannya, sementara warga lain telah mengungsi di tengah kemelut yang berkecamuk di Gaza.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia menegaskan RS Indonesia di Gaza adalah fasilitas yang dibangun masyarakat Indonesia sepenuhnya untuk tujuan kemanusiaan dan untuk melayani kebutuhan medis masyarakat Palestina di Gaza.

Beberapa waktu lalu ketika tank-tank masuk ke jalur Gaza, Fikri dan rekan-rekan Indonesia lainnya sempat memikirkan bagaimana keputusan yang harus diambil, tetap bertahan atau mengungsi. "Jawaban saya tegas: Kami akan tetap terus tinggal, akan tetap terus berada di Jalur Gaza, karena kalau kami mengungsi tidak ada perwakilan dari Indonesia lagi, terutama perwakilan di Rumah Sakit Indonesia untuk membantu warga Gaza, yang sampai saat ini masih membutuhkan bantuan", tutur Fikri.

Dukungan keluarga

Fikri bercerita, keluarganya juga mendukung keputusannya untuk memilih bertahan di Gaza. Juga tim MER-C pusat mendukung dan juga terus mendoakan keselamatan bagi para WNI dan juga keselamatan bagi warga Gaza. "Dan juga terlebih ayah saya sendiri sangat mendukung, di mana memang sudah 10 tahun menjadi relawan MER-C yang berada di Jalur Gaza semenjak 2012 sampai 2020," tambah Fikri.

Ia mengakui terlintas kadang ada rasa takut, tapi karena sudah tiga tahun menjadi tim relawan MER-C semenjak 2020, ia merasa lebih berpengalaman dalam mengatasi rasa takut tersebut. "Pada 2021 juga sudah terjadi peperangan yang cukup besar selama 11 hari. Pada saat itu memang saya mengalami stres dan ketakutan sangat besar. Namun, hari demi hari kami mencoba membiasakan diri dengan situasi sampai saat ini dan juga alhamdulillah sampai saat ini situasi dan juga mental kami masih terus semangat untuk membantu warga Palestina,” tandasnya.

Sebetulnya relawan MER-C, mempunyai tempat beristirahat di Wisma Indonesia, tapi menurut Fikri, beberapa waktu lalu serangan-serangan bom Israel begitu gencar, sehingga membuat kerusakan pada wisma. Oleh sebab itu ia memutuskan untuk mengungsi ke ruang bawah tanah milik Rumah Sakit Indonesia, namun masih terus bolak-balik ke Wisma Indonesia untuk sekadar makan dan juga aktivitas lainnya. 

Langkanya air bersih

Fikri menceritakan, saat ini persediaan air bersih di Gaza begitu langka. "Kami sudah kehabisan stok air bersih, di mana kami harus mengambil stok air bersih ke Rumah Sakit Indonesia. Dan juga para warga di sekitar sini, dan ada tiga sekolah yang ada di sekitar Rumah Sakit Indonesia mereka semua mengambil air bersih ke Rumah Sakit Indonesia.”

Sementara untuk makan, ia dan rekan-rekannya mengandalkan bantuan yang masuk ke Gaza. "Tim MER-C yang ada di sini sempat menahan rasa lapar untuk terus bekerja, untuk terus membantu, untuk terus mengupdate situasi-situasi di sini,” papar Fikri.

Fikri bercerita pihak militer Israel mengebom lokasi di sekitar area Rumah Sakit Indonesia, sehingga banyak sekali debu ataupun serpihan roket ataupun besi yang masuk ke area Rumah Sakit Indonesia. Namun dokter dan perawat terus bekerja menolong pasien, di tengah krisis bahan bakar generator dan listrik. "Memang sampai saat ini tim medis masih terus bekerja 24 jam menangani pasien- pasien yang ada di Rumah Sakit Indonesia. Namun, mereka tentunya terkendala dengan obat-obatan yang terus menipis. Saya juga mempunyai teman yang dirawat di Rumah Sakit Indonesia, mereka sudah beberapa hari belum mendapatkan obat-obatan dan juga ruang istirahat untuk mereka beristirahat di Rumah Sakit Indonesia, karena saat ini obat-obatan terus menipis,” pungkasnya.

Bantuan kapal rumah sakit dari Indonesia

Sementara itu dikutip dari Kompas, TNI Angkatan Laut (AL) kini menyiapkan satu kapal bantu rumah sakit (KBRS) untuk dikirim ke Palestina. Asisten Operasi (Asops) Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana Muda Denih Hendrata mengatakan,  TNI AL sedang berkoordinasi dengan Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri terkait pengiriman kapal RS. "Kami akan siapkan jenis kapal rumah sakit, karena ada dua fungsi yang akan nanti kami siapkan, yaitu untuk bakti kesehatan maupun bakti sosial,” kata Denih.

Kapal yang sedang disiapkan adalah Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dr Radjiman Wedyodiningrat-992. "KRI dr Radjiman Wedyodiningrat-992 sebagai salah satu kapal rumah sakit TNI dipersiapkan untuk merawat pengungsi korban perang dan akan bersiaga di perairan sekitar wilayah Gaza, Palestina,” kata Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda Julius Widjojono dalam siaran pers.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto juga telah membahas teknis pengiriman kapal rumah sakit tersebut untuk membantu warga Palestina yang terdampak konflik di Jalur Gaza dan sekitarnya. "Saya bahas rencana kita, tawaran kita untuk mengirim kapal rumah sakit, dan ini akan kita koordinasikan dengan pemerintah Mesir,” kata Prabowo. "Kami juga sudah menawarkan ke Palestina, semua rumah sakit TNI terbuka untuk pasien-pasien korban dari keadaan di Gaza. Kemudian sedang kami koordinasikan teknisnya bagaimana,” pungkasnya.

(Tambahan informasi dari Kompas)/as