1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

World Muslimah vs Miss World

18 September 2013

Final kontes kecantikan khusus untuk wanita Muslim akan berlangsung di ibukota Indonesia Rabu malam, bersaing dengan penyelenggaraan kontes Miss World di Bali.

Foto: picture-alliance/dpa

Duapuluh peserta akan memamerkan tren busana terbaru Islami di acara kontes Muslimah World, selain juga menunjukkan kesalehan mereka lewat kegiatan membaca al Qur'an.

“Kami hanya berusaha menunjukkan kepada dunia bahwa Islam itu cantik,“ kata Obabiyi Aishah Ajibola, peserta berusia 21 tahun dari Nigeria, satu dari enam Negara yang ikut dalam kontes.

Alternatif kecantikan bagi Muslimah

“Kami punya kebebasan dan hijab (jilbab Muslimah-red) adalah kebanggaan kami.“

Para peserta – yang hanya boleh mengikuti kompetisi jika mereka memakai jilbab – telah menjalani tiga hari “pelatihan spiritual“ dalam rangka menuju acara final di Jakarta, dengan bangun subuh untuk shalat bersama dan mempertajam keahlian mereka dalam membaca al Qur'an.

Pihak penyelenggara mengatakan mereka ingin menunjukkan kepada perempuan Muslim bahwa ada alternatif tentang ide kecantikan di luar kontes Miss World, dan sekaligus ingin menunjukkan perlawanan atas kontes kecantikan ala Barat itu bisa diekspresikan dengan cara non kekerasan.

Penyelenggara acara Eka Shanti, membentuk kontes itu tiga tahun lalu setelah ia kehilangan pekerjaan sebagai pembaca berita televisi karena menolak melepaskan jilbab, dengan menyelenggarakan kontes yang merupakan “Jawaban islam atas Miss World“.

Lomba kesalehan

Dalam perlombaan Muslimah World, tinggi dan berat badan peserta diperlihatkan di website kontes yang disponsori oleh make-up merk halal. Kesalehan peserta menjadi faktor penting untuk memenangkan perlombaan.

Kesalahen menjadi faktor utama penilaian dalam kontes World MuslimahFoto: picture-alliance/dpa

Lebih dari 500 peserta bersaing di putaran online untuk bisa ke acara final di Indonesia, termasuk lewat kompetisi di mana para peserta membandingkan kisah tentang bagaimana mereka akhirnya memutuskan memakai jilbab.

Pada final Rabu malam, para peserta akan menceritakan kembali kisah-kisah mereka dan menjawab berbagai pertanyaan dari para juri di acara final yang diselenggarakan di sebuah pusat perbelanjaan Jakarta. Ke-20 finalis akan diseleksi hingga hanya akan ada empat peserta yang bersaing sebelum pemenang dinobatkan.

“Yang saya cari adalah kepribadian yng kuat– seseorang dengan visi masa depan, yang akan memberikan sesuatu kepada masyarakat dan menunjukkan bahwa kecantikan bukan hanya tentang tubuh,“ kata Jameyah Sheriff, kata seorang ahli pendidikan dari Malaysia yang menjadi salah satu anggota dewan juri.

Kontroversi Miss World

“Tahun ini kami sengaja menggelar acara kami sebelum final Miss World untuk menunjukkan bahwa di sana ada contoh alternatif bagi para perempuan Muslim,“ kata dia.

Ini adalah pendekatan yang berbeda dibanding kelompok Islam radikal yang memilih turun ke jalan beberapa pekan terakhir untuk memprotes Miss World, sambil mengecam kontes itu sebagai sebuah pertunjukkan ”pornografi” dan membakar patung penyelenggara.

Meski penyelenggara telah berjanji akan menghapus acara putaran bikini yang terkenal dalam kontes itu, kemarahan kelompok garis keras tidak bisa diredakan. Protes atas kontes kecantikan ini menjadi sebuah bola salju.

Pemerintah akhirnya tunduk pada tekanan dan memerintahkan keseluruhan acara kontes dipindahkan ke pulau Bali yang berpenduduk mayoritas Hindu. Putaran berikutnya pada 28 September awalnya dijadwalkan bakal digelar di Jakarta.

Eka Shanti mengatakan bahwa kontes pertama Muslimah World diselenggarakan pada 2011 dan saat itu hanya terbuka bagi peserta dari Indonesia, tapi karena begitu populer akhirnya acara ini dibuka bagi para peserta dari seluruh dunia.

ab/ek (afp,ap,rtr)