Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mencapai kesepakatan setelah pembicaraan panjang tentang kerawanan pangan hingga vaksin COVID-19. Keputusan ini diyakini akan membawa perubahan bagi masyarakat dunia.
Iklan
Anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada hari Jumat (17/06) menyetujui paket kesepakatan perdagangan, termasuk janji tentang kesehatan, reformasi, dan ketahanan pangan. Kesepakatan ini dicapai setelah lebih dari lima hari negosiasi.
Perwakilan dari 164 negara bertepuk tangan setelah paket tersebut disahkan, sebelum Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala berbicara kepada mereka pada Jumat (17/06) pagi. Dalam konferensi, dia mengatakan langkah ini akan membuat perbedaan bagi kehidupan masyarakat di seluruh dunia.
"Paket kesepakatan yang telah Anda capai akan membuat perbedaan bagi kehidupan orang-orang di seluruh dunia," kata Okonjo-Iweala. "Hasilnya menunjukkan bahwa WTO sebenarnya mampu menanggapi keadaan darurat di zaman kita."
Pembicaraan di kantor pusat badan perdagangan global di Jenewa dimulai hari Minggu (12/06) dan dijadwalkan berakhir pada Rabu (15/06). Namun, tiba-tiba 164 anggota WTO langsung masuk ke hari Jumat (17/06), hingga akhirnya selesai sekitar jam 5 pagi waktu setempat.
Konferensi tingkat menteri juga menyepakati kesepakatan tentang e-commerce, sebagai tanggapan atas pandemi dan mereformasi organisasi itu sendiri.
"Tidak butuh waktu lama WTO melihat sejumlah besar hasil multilateral,” kata Okonjo-Iweala.
Para menteri berjuang untuk menyimpulkan kesepakatan pada setiap topik secara terpisah, sementara negara-negara mulai melakukan trade-off dalam upaya untuk mendapatkan beberapa langkah dalam kesepakatan besar.
Sawit Indonesia yang Gegerkan Dunia
Larangan ekspor turunan minyak sawit membuat banyak negara gerah. Tiba-tiba disadari sawit Indonesia memainkan peranan vital dalam ketahanan pangan dunia. Bahan minyak goreng itu kini jadi gorengan politik global.
Foto: Yuli Seperi/Zumapress/picture alliance
Faktor Pemicu
Minyak goreng di dalam negeri tiba-tiba langka. Antrian panjang warga untuk membeli minyak goreng jadi pemandangan mengenaskan sekaligus ironi di negara penghasil “Crude Palm Oil” tebesar sedunia. Permainan mafia migor terbongkar, beberapa orang kini dijadikan tersangka. Presiden Joko Widodo mengeluarkan kebijakan tegas: Setop sementara ekspor produk turunan sawit.
Foto: Eko Siswono Toyudho/AA/picture alliance
Perkebunan Sawit Terluas Sedunia
Kelangkaan migor, ibarat sebuah tamparan keras untuk pemerintah Indonesia. Betapa tidak, Indonesia adalah produsen CPO global terbesar yang memiliki lahan perkebunan sawit paling luas sedunia sekitar 22,6 juta hektar (data 2021). Total produksi tahunan sawit Indonesia sekitar 36 juta ton. Disusul Malaysia dengan produksi separuh kapasitas Indonesia.
Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Komoditas Ekspor Unggulan
Dari rata-rata produksi tahunan global 77 juta ton minyak sawit, sekitar 59%-nya diproduksi di Indonesia. Saat dunia alami kelangkaan minyak nabati dan harga melambung naik akibat perang di Ukraina, pengusaha oportunis dibantu pejabat korup, mengekspor sebagian besar produksi minyak sawit ke luar negeri. Inilah yang diduga kuat memicu kekosongan pasokan minyak goreng di dalam negeri.
Isu Kerusakan Lingkungan
Sawit bukan hanya berkah. Pembukaan lahan untuk perkebunan sawit di Indonesia, juga berdampak negatif pada kelestarian alam. Biasanya industri melakukan tebang habis dan pembakaran hutan. Organisasi pelindung lingkungan kerap mengangkat topik ini di forum dunia. Juga sejumlah negara ikut menggoreng isu ini, untuk menekan Indonesia dan Malaysia terkait isu lingkungan dari perkebunan sawit.
Foto: Ulet Ifansasti/Getty Images
Dari Makanan, Biodiesel hingga Sabun
Minyak sawit punya kegunaan luas dan sangat beragam. Memang sebagian besarnya diolah menjadi minyak goreng. Namun minyak nabati yang harganya paling murah ini, oleh sejumlah industri raksasa di Eropa, juga digunakan sebagai campuran biodiesel, makanan, kosmetik hingga keperluan sehari-hari di rumah tangga seperti sabun atau sampo.
Foto: AP
Berkontribusi Pada Ketahanan Pangan Global
Setelah dihantam kelangkaan pasokan gandum, merosotnya suplai minyak nabati di pasar dunia dan melonjaknya harga, membuat banyak negara menjerit kebingungan. Terlepas dari efek negatif industri sawit bagi lingkungan, ternyata manfaatnya bagi ketahanan pangan global juga tidak bisa diremehkan. IMF mencemaskan kelangkaan ini akan memicu krisis pangan di negara-negara miskin di dunia.
Peran minyak sawit yang harganya murah dan kapasitas produksinya tinggi, saat ini sulit tergantikan oleh minyak nabati lainnya. Setiap hektar kebun sawit, bisa memproduksi 3,3 ton minyak per tahun. Sementara bunga matahari dan rapa hanya 0,7 ton minyak per ha/tahun. Harga minyak sawit saat ini terus naik, dan menembus rata-rata 1.300 USD/ton.
Foto: dpa
Kelangkaan Migor Juga Landa Eropa
Kenaikan harga minyak nabati global, tidak hanya dirasakan di Indonesia, juga di Eropa rak minyak goreng di sejumlah supermarket mulai kosong. Di Jerman pemicunya adalah "panic buying" dipicu perang Ukraina dan perilaku tidak logis warga. Namun di beberapa negara memang ada kekurangan pasokan dan menetapkan pembatasan, satu orang hanya boleh membeli satu botol minyak goreng. (as/vlz
Foto: MiS/IMAGO
8 foto1 | 8
Subsidi perikanan dan hak paten vaksin COVID-19
Kesepakatan terkait subsidi perikanan adalah yang terakhir dibahas. Delegasi dengan panik melakukan tawar-menawar pada Jumat (17/06) dini hari.
Iklan
Negosiasi terhadap pelarangan subsidi yang mendorong penangkapan ikan berlebihan dan mengancam keberlanjutan stok ikan di planet ini telah berlangsung di WTO selama lebih dari 20 tahun.
Okonjo-Iweala, yang mengambil alih pada Maret 2021, mengandalkan kepemimpinannya untuk menciptakan nuansa baru ke dalam organisasi sklerotik. Mantan menteri luar negeri dan keuangan Nigeria tersebut memposisikan dirinya sebagai seseorang yang dapat bekerja sama dan menyelesaikan bisnis.
Konferensi tingkat menteri terakhir di Buenos Aires pada Desember 2017 dianggap gagal setelah tidak dapat mencapai kesepakatan tingkat tinggi. Ketua WTO yang baru ingin membuktikan bahwa organisasinya masih bisa membuat dirinya relevan dalam menghadapi tantangan global yang besar.
Beberapa delegasi menuding India keras kepala pada setiap topik yang sedang dibahas di WTO, di mana keputusan hanya dapat disahkan dengan persetujuan setiap anggota. Namun, Menteri Perdagangan dan Industri India Piyush Goyal bersikeras "India bukanlah penghalang jalan dalam hal apa pun ... Orang-orang menyadari bahwa kamilah yang benar-benar membantu menciptakan satu-satunya konsensus."
Isu besar kedua yang dibahas adalah rencana pengabaian paten vaksin COVID-19. Beberapa negara yang menjadi tuan rumah bagi perusahaan farmasi besar, seperti Inggris dan Swiss, menemukan beberapa rancangan kata-kata yang bermasalah, sementara apotek besar mengkhawatirkan kesepakatan yang akan mencekik inovasi.
Namun, duta besar Inggris di Jenewa, Simon Manley, mengatakan kepada Okonjo-Iweala pada Kamis (16/06) malam bahwa setelah klarifikasi dan perbaikan dicapai, London "sekarang siap untuk bergabung dengan konsensus."