Xi Bersiap Lanjutkan Masa Jabatan, Taiwan Perkuat Pertahanan
12 Oktober 2022
Taiwan memperkuat pertahanan negaranya untuk kemungkinan perang dengan Cina saat Xi Jinping bersiap melanjutkan masa jabatan ketiga.
Iklan
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dalam pidato hari nasionalnya pada Senin (10/10) mengatakan perang "sama sekali bukan pilihan". Menurut seorang sumber yang akrab dengan pemikiran Tsai, pernyataan tersebut sebagian ditujukan untuk kongres Partai Komunis Cina yang berkuasa, yang dibuka pada hari Minggu (09/10).
Presiden Cina Xi Jinping diperkirakan akan melanjutkan masa jabatan ketiganya melalui kongres partai yang digelar setiap lima tahun.
Tsai juga menguraikan langkah-langkah untuk meningkatkan segi pertahanan termasuk dengan produksi massal rudal presisi dan kapal perang. "Melalui tindakan kami, kami mengirim pesan kepada komunitas internasional bahwa Taiwan akan bertanggung jawab atas pertahanan diri kami sendiri, bahwa kami tidak akan menyerahkan apa pun pada takdir," tambahnya.
Sementara Taiwan telah hidup di bawah ancaman invasi Cina selama lebih dari tujuh dekade dan tidak ada tanda-tanda kepanikan publik, para pejabat pemerintah khawatir dan menawarkan analisis yang tajam secara pribadi.
"Sekarang kita harus berhenti berilusi dan bersiap untuk bertarung. Kita benar-benar harus siap untuk berperang," kata seorang sumber Taiwan yang akrab dengan kebijakan pemerintah Cina, yang berbicara dengan syarat anonim karena dia tidak berwenang untuk membahas penilaian intelijen dengan media.
Menengok Kamp Pelatihan Unit Angkatan Laut Paling Elit Taiwan
Diterima di unit elit Pengintaian dan Patroli Amfibi Taiwan (ARP) sama sulitnya dengan menjadi pasukan SEAL Angkatan Laut Amerika Serikat. Para kandidat harus lolos ujian dan pelatihan berat selama beberapa pekan.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Tangguh seperti pasak baja
Program pelatihan bagi mereka yang ingin bergabung dengan unit angkatan laut elit Taiwan berlangsung selama 10 minggu. Tahun ini, 31 peserta lolos tes untuk mengikuti program ini, tetapi hanya 15 orang yang akan diterima. Di pangkalan angkatan laut Zuoying di Taiwan selatan, tubuh dan jiwa benar-benar diuji — satu latihan mengharuskan peserta tidur di atas beton yang dingin.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Disiram air dingin
Setelah menghabiskan sepanjang hari di laut, peserta pelatihan disiram dengan air dingin. Lelah dan gemetar, mereka berdiri di dermaga. Tujuan dari kamp pelatihan ini adalah untuk menempa para peserta mengembangkan kemauan yang kuat. Tidak peduli seberapa sulit misi mereka, kesetiaan terhadap rekan-rekan mereka, dan angkatan laut harus teguh.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Latihan berat di pantai
Yu Guang-Cang ikut dalam latihan di pantai. Sepintas terlihat seperti latihan senam bis. Namun, sebetulnya peserta melakukan latihan berat, mulai dari "long march" hingga berjam-jam dan latihan di dalam air. Instruktur mereka memiliki reputasi sebagai orang yang tegas tanpa kompromi. Waktu istirahat pendek dan jarang. Sering kali hanya ada waktu untuk minum seteguk dan ke toilet.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Cat perang
Seorang peserta pelatihan berjuang melawan kelelahan saat dia diolesi cat kamuflase. Semua peserta ikut secara sukarela. Kebanyakan ingin menguji coba batas ketangguhannya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk mensimulasikan tantangan berat perang. Komandan angkatan laut mengharapkan, para peserta dapat difungsikan ketika keadaan menjadi sangat gawat.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Hanya semangat baja yang lulus
Para kandidat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di laut atau kolam renang. Mereka harus belajar menahan napas untuk waktu yang cukup lama, berenang dengan peralatan tempur lengkap, dan menyerbu pantai dari laut. Sering kali untuk aksinya kaki dan tangan mereka diikat. Latihan ini bukan untuk mereka yang cengeng.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Mendekati batas peregangan
Para peserta tidak hanya harus lulus tes kekuatan dan daya tahan, mereka juga menghadapi beberapa latihan peregangan ekstrem. Ou Zhi-Xuan yang berusia 25 tahun menangis kesakitan saat dia diregangkan mendekati batas kelenturan. Jika ada yang melawan instruktur saat berada di bawah tekanan berat, mereka segera dikeluarkan dari program ARP.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Dihina dan dilecehkan
Tentu saja, para kandidat harus berlatih sambil mengenakan perlengkapan tempur. Mereka harus menghadapi semburan pelecehan dan penghinaan dari instruktur unit elit angkatan laut. Pesrta mendapat istirahat satu jam setiap enam jam. Selama waktu ini, mereka harus makan, biasanya bawang putih untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, mendapatkan bantuan medis, pergi ke toilet, dan tidur.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Jalan berbatu menuju surga
Latihan terakhir disebut "jalan menuju surga." Peserta pelatihan harus mengatasi rintangan yang unik. Mereka dipaksa untuk merangkak, praktis telanjang, di jalan berbatu, dan melakukan push-up, meskipun mereka sudah lelah dari minggu-minggu sebelumnya. "Saya tidak takut mati," kata salah satu peserta pelatihan, Fu Yu, 30 tahun.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Diberi selamat dengan bunyi lonceng
Xu De-Yu menandai akhir dari kamp pelatihan ARP dengan membunyikan lonceng. Dia adalah salah satu yang "beruntung" lulus ujian. "Tentu saja, kami sama sekali tidak akan memaksa siapa pun, semua orang ada di sini secara sukarela," tegas instruktur Chen Shou-lih, 26. Pesannya kepada para peserta: "Kami tidak akan menyambut Anda bergabung begitu saja, hanya karena Anda ingin datang." (rs/as)
Foto: ANN WANG/REUTERS
9 foto1 | 9
Persenjataan yang presisi
Tsai telah menjadikan modernisasi angkatan bersenjata sebagai prioritas, untuk mengembangkan apa yang dia katakan pada pekan ini sebagai "kemampuan perang asimetris yang komprehensif" dengan senjata presisi kecil yang mobile seperti rudal anti-kapal yang dapat diluncurkan dari belakang truk dan dipindahkan ke tempat yang aman setelah penembakan.
Iklan
Xi menunjukkan bahwa dia telah mematahkan pepatah mendiang pemimpin reformis Deng Xiaoping untuk "menyembunyikan kekuatanmu dan menawar waktumu", kata Lin Fei-fan, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Progresif Demokratik Taiwan yang berkuasa.
Xi berusaha mendorong pengaruh global Cina dan mencapai tujuan yang tidak dicapai oleh para pendahulunya, termasuk dengan menjadikan Hong Kong sebagai pengikut, kata Lin kepada Reuters di markas partai di pusat kota Taipei. "Ketika kami mengatakan pencapaian, bagi Taiwan itu jelas bukan pertanda baik, itu bukan hal yang baik," katanya.
"Saya pikir dalam lima tahun ke depan akan lebih intens untuk hubungan lintas selat, itu akan lebih tidak stabil dan juga ketegangan di seluruh Selat Taiwan akan meningkat ke tingkat yang berbeda."
Seorang pejabat senior keamanan Taiwan mengatakan masa jabatan ketiga Xi akan membawa "ketegangan tak terduga" melintasi selat itu. "Kami tidak akan provokatif. Kami tidak akan membiarkan dia menggunakannya sebagai alasan," ujarnya.
Huang Kwei-bo, seorang profesor diplomasi di Universitas Nasional Chengchi Taipei, mengatakan Xi kemungkinan ingin membuat Taiwan berada di bawah kendalinya lebih cepat.
"Karena semakin lama kedua belah pihak bersatu, semakin besar biaya yang akan dibayar Beijing untuk penyatuan nasional," katanya kepada Reuters. "Xi Jinping, saya pikir, dalam pikirannya, lebih cepat lebih baik daripada nanti."