Virus Nipah kembali menyerang negara bagian Kerala, India. Virus langka ini ditularkan inang kelelawar. Fatalitas infeksi virus Nipah sekitar 70%. DW mengulas penyakit mematikan itu.
Iklan
Virus Nipah yang mematikan kebali meruyak di negara bagian Kerala, India. Sedikitnya dua orang meninggal akibat infeksi virus mematikan ini. Seluruhnya lima orang dinyatakan positif terifeksi Nipah, lebih 700 tercatat sebagai orang yang melakukan kontak dengan pengidap dan 77 orang dinyatakan masuk kategori risiko tinggi
Wabah virus Nipah pada tahun 2018 silam telah merenggut 10 nyawa di negara bagian Kerala, India, termasuk seorang perawat berusia 31 tahun yang merawat pasien terinfeksi. Pemicunya diduga air minum dai sebuah sumur yang tercemar bangkai kelelawar pemakan buah.
Mengapa virus Nipah sangat berbahaya?
Virus Nipah secara agresif menyerang dan memicu inflamasi otak. Infeksnya dapat mengakibatkan peradangan otak, yang disebut ensefalitis. Menurut US Centers for Disease Control and Prevention, masa inkubasinya berkisar antara lima hingga 14 hari, dengan tanda-tanda infeksi pertama muncul setelah tiga hingga 14 hari.
Gejala awal termasuk demam, muntah dan sakit kepala parah. Beberapa pasien mengalami sindrom pernapasan akut. Gejala awal ini diikuti oleh disorientasi, mengantuk dan kebingungan mental. Dalam satu hingga dua hari penyakit dapat menyebabkan koma dan kematian. Virus Nipah memiliki tingkat kematian atau fatalitas hingga 70 persen
Virus Nipah tergolong penyakit yang baru muncul yang dapat ditularkan dari inangnya kelelawar pemakan buah ke hewan lain dan manusia. Nama virus diambil dari Sungai Nipah, desa di Malaysia tempat pertama kali virus diidentifikasi pada tahun 1998. Wabah virus pada babi yang kemudian menginfeksi manusia, menyebabkan sekitar 300 orang terinfeksi dan lebih dari 100 orang tewas dalam waktu satu tahun. Dalam upaya untuk menghentikan wabah itu, jutaan ternak babi dimusnahkan sehingga menyebabkan kerugian luar biasa bagi Malaysia pada saat itu.
8 Virus Paling Berbahaya
Virus tetap jadi ancaman kesehatan bagi manusia. Walaupun ilmuwan sudah berhasil temukan vaksin untuk sejumlah virus, beberapa tetap menjadi ancaman. Berikut 8 virus yang paling berbahaya.
Foto: Christian Ohde/CHROMORANGE/picture alliance
Corona SARS-CoV-2
Virus corona SARS-CoV-2 yang memicu pandemi Covid-19 tiba-tiba muncul di kota Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019. Ketika itu ratusan orang diserang penyakit misterius mirip pneumonia dengan angka fatalitas sangat tinggi. Virus corona menyebar cepat ke seluruh dunia, menjadi pandemi yang mematikan. Hingga akhir Juli 2021, sedikitnya 205 juta orang terinfeksi dan 4,32 juta meninggal akibat Covid-19.
Foto: Christian Ohde/CHROMORANGE/picture alliance
Marburg
Virus paling berbahaya adalah virus Marburg. Namanya berasal dari kota kecil di sungai Lahn yang tidak ada hubungannya dengan penyakit tersebut. Virus Marburg adalah virus yang menyebabkan demam berdarah. Seperti Ebola, virus Marburg menyerang membran mukosa, kulit dan organ tubuh. Tingkat fatalitas mencapai 90 persen.
Foto: picture alliance/dpa
Ebola
Ada lima jenis virus Ebola, yakni: Zaire, Sudan, Tai Forest, Bundibugyo dan Reston. Virus Ebola Zaire adalah yang paling mematikan. Angka mortalitasnya 90%. Inilah jenis yang pernah menyebar antara lain di Guinea, Sierra Leone dan Liberia. Menurut ilmuwan kemungkinan kalong menjadi hewan yang menyebarkan virus ebola zaire ke kota-kota.
Foto: picture-alliance/NIAID/BSIP
HIV
Virus ini adalah salah satu yang paling mematikan di jaman modern. Sejak pertama kali dikenali tahun 1980-an, lebih dari 35 juta orang meninggal karena terinfeksi virus ini. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, dan melemahkan pertahanan terhadap infeksi dan sejumlah tipe kanker. (Gambar: ilustrasi partikel virus HIV di dalam darah.)
Foto: Imago Images/Science Photo Library
Dengue
Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue. Ada beberapa jenis nyamuk yang menularkan virus tersebut. Demam dengue dapat membahayakan nyawa penderita. Antara lain lewat pendarahan, kebocoran pembuluh darah dan tekanan darah rendah. Dua milyar orang tinggal di kawasan yang terancam oleh demam dengue, termasuk di Indonesia.
Foto: picture-alliance/dpa
Hanta
Virus ini bisa diitemukan pada hewan pengerat seperti tikus. Manusia dapat tertular bila melakukan kontak dengan hewan dan kotorannya. Hanta berasal dari nama sungai dimana tentara AS diduga pertama kali terinfeksi virus tersebut saat Perang Korea tahun 1950. Gejalanya termasuk penyakit paru-paru, demam dan gagal ginjal.
Foto: REUTERS
H5N1
Berbagai kasus flu burung menyebabkan panik global. Tidak heran tingkat kematiannya mencapai 70 persen. Tapi sebenarnya, resiko tertular H5N1 cukup rendah. Manusia hanya bisa terinfeksi melalui kontak langsung dengan unggas. Ini penyebab mengapa kebanyakan korban ditemukan di Asia, di mana warga biasa tinggal dekat dengan ayam atau burung.
Foto: AP
Lassa
Seorang perawat di Nigeria adalah orang pertama yang terinfeksi virus Lassa. Virus ini dibawa oleh hewan pengerat. Kasusnya bisa menjadi endemis, yang artinya virus muncul di wilayah khusus, bagian barat Afrika, dan dapat kembali mewabah di sana setiap saat. Ilmuwan memperkirakan 15 persen hewan pengerat di daerah Afrika barat menjadi pembawa virus tersebut. (Sumber tambahan: livescience, Ed.: ml)
Foto: picture-alliance/dpa
8 foto1 | 8
Cara penularan virus Nipah
Wabah yang kembali muncul baru-baru ini menunjukkan, virus Nipah ditularkan lewat kontak langsung dengan manusia yang terinfeksi atau hewan ternak, seperti sapi, babi dan sapi.Virusjuga disebarkan melalui konsumsi buah-buahan yang terkontaminasi.
Pada tahun 2004, wabah virus Nipah di Bangladesh terjadi gara-gara orang minum nira sadapan pohon kurma. Penelitian menyangkut wabah ini mengungkapkan bahwa buah di pohon tersebut telah terkontaminasi dengan air liur dan air kencing kelelawar.
Wabah di Kerala diperkirakan disebabkan oleh kelelawar mati yang ditemukan dalam sumur di rumah keluarga di desa Changaroth. Infeksi dilaporkan menyebar di antara anggota keluarga dan ditularkan kepada orang lain yang melakukan kontak dengan anggota keluarga yang terinfeksi.
Risiko Bersalaman
Bersalaman sebenarnya adalah hal biasa yang sudah sejak lama dilakukan. Namun, berjabat tangan kini diyakini sebagai salah satu jalan penyebaran penyakit.
Foto: picture-alliance/blickwinkel/McPHOTO/ADR
Kebiasaan Lama
Berjabat tangan atau bersalaman adalah kebiasaan yang sudah dilakukan lebih dari 2000 tahun silam. Seperti yang terlihat dalam foto-foto antik jaman dulu, masyarakat Yunani kuno juga melakukannya. Tetapi, mereka tidak pernah mengaitkan antara berjabat tangan dengan penyebaran penyakit. Mereka sangat yakin, penyakit itu disebabkan adanya ketidakseimbangan dalam tubuh dan hukuman dari Tuhan.
Foto: picture alliance/Prisma Archiv
Gerakan Perdamaian
Bersalaman dipercaya sebagai sebuah tindakan untuk menunjukkan bagaimana dua orang yang tidak saling kenal berjumpa untuk pertama kalinya dan saling mengakrabkan diri dengan membuka kedua tangan, tanpa senjata. Sedangkan secara neurokimia, berjabat tangan ternyata bisa melepaskan unsur-unsur kimia dalam otak, termasuk diantaranya hormon oksitosin, yang bisa menciptakan keakraban dan keharmonisan.
Foto: Fotolia/Sergiy Serdyuk
Beragam Makna
Bukan hanya sekadar transfer kuman, berjabat tangan itu memiliki beragam makna. Masyarakat barat, umumnya lebih suka berjabat tangan dengan erat, yang secara positif mengartikan ketegasan. Sebaliknya, di budaya timur, cara bersalaman tidak terlalu erat untuk menghindari kesan mendominasi. Namun apapun maknanya, ketika bersalaman sebetulnya Anda telah meninggalkan lebih dari sekadar kesan pribadi.
Foto: imago/imagebroker
Kebiasaan Buruk
Ada sejumlah virus yang bisa ditularkan lewat berjabat tangan. Diantaranya virus influenza, parasit seperti kudis dan bakteri seperti staphylococcus (lihat gambar). Orang yang flu dan berulang-kali mengelap ingus, biasanya akan meninggalkan banyak lendir yang mengandung rhinovirus di tangan mereka. Walhasil, saat berjabat tangan dengan mereka, Anda bisa langsung terinfeksi.
Foto: picture alliance/dpa/Centers for Disease Control and Prevention/MCT /Landov
Jaga Kebersihan
Salah satu cara untuk menangkal penyebaran penyakit, termasuk melalui berjabat tangan adalah dengan mencuci tangan. Cucilah tangan dengan air hangat dan sabun secara teratur. Sebagian orang rupanya tidak keberatan untuk rajin mencuci tangan. Dalam sebuah penelitian, sebanyak dua per tiga responden mengaku mencuci tangan mereka setelah menggunakan toilet umum.
Foto: BilderBox
Fobia Berjabat Tangan
Segelintir sosok terkenal, termasuk Bill Gates dan Donald Trump, dikabarkan enggan berjabat tangan karena takut tertular kuman penyakit lewat salaman. Orang yang fobia berjabat tangan, biasanya akan membawa cairan anti-kuman (hand sanitizer) kemana-mana dan menggunakannya secara sering. Akan tetapi, orang seperti itu berisiko dipandang aneh dan dianggap terlalu obsesif.
Foto: Fotolia/koszivu
'Jangan Tersinggung'
Hasil penelitian baru merekomendasikan untuk tidak bersalaman sama sekali demi kesehatan. Rumah sakit misalnya bisa dijadikan zona bebas salaman. Rekomendasi ini diperkuat dengan semakin banyaknya orang yang paham akan kaitan antara salaman dengan penyebaran penyakit. Gerakan anti salaman mungkin bakal segera menemukan momentum. Tapi, apa ya kira-kira gerak tubuh yang bisa menggantikan salaman?
Foto: Fotolia/Andres Rodriguez
Fist Bump
Sebuah penelitian menunjukkan, bersalaman dengan kepalan tangan atau fist bump diyakini memiliki risiko penularan kuman penyakit lebih rendah hingga 90 persen ketimbang berjabat tangan. Foto: mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyambut aktivis lingkungan Greta Thunberg dengan fist bump.
Foto: picture-alliance/dpa/The Obama Foundation
8 foto1 | 8
Pilihan perawatan yang sudah ada
Sampai saat ini, tidak ada vaksin yang bisa melawan virus Nipah, baik pada manusia maupun hewan. Satu-satunya tinbdakan medis adalah perawatan suportif dan intensif. Orang yang terinfeksi dimasukkan ke karantina untuk mencegah penyebaran penyakit. Karena penyakit ini dapat ditularkan dari orang ke orang, kini diberlakukan protokol pengendalian infeksi rutin.