1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Yordania Bebaskan Pembantai Bocah Yahudi

13 Maret 2017

Ahmed Daqamseh membantai tujuh bocah perempuan Israel tahun 1997 karena dianggap "mengganggu dan mengejek" saat dia sedang beribadah. Kini bekas serdadu itu mendapat pengampunan.

Jordanien Ahmed Daqamseh
Ahmed Daqmaseh Foto: Reuters/M. Hamed

Yordania membebaskan Ahmed Daqmaseh setelah 20 tahun mendekam di penjara. Ia dinyatakan bersalah dalam kasus pembantaian tujuh murid perempuan Israel yang berusia 13 hingga 14 tahun saat melakukan tur di dekat perbatasan Yordania. Ia juga melukai tujuh murid lainnya dalam insiden berdarah tersebut.

Daqmaseh yang tidak pernah menunjukkan rasa penyesalan mengatakan tindakannya itu dipicu karena para murid "mengganggu dan mengejeknya" saat ia beribadah. Pengadilan Yordania memvonisnya dengan hukuman penjara 25 tahun. Kini ia dibebaskan setelah menjalani masa tahanan selama 20 tahun.

Kantor berita Associated Press melaporkan Daqmaseh tiba di kampung halamannya di Ibdir pada Jumat (10/3). Kepada wartawan ia mengatakan penduduk Israel adalah "manusia sampah." Sebuah cuplikan video menampilkan Daqmaseh dikerubungi penduduk lokal sembari bernanyi dan menari. Sebagian menciumnya di pipi.

Ahmed Daqmaseh tindak menyesal setelah membunuh tujuh bocah perempuan Yahudi tahun 1997Foto: picture-alliance/dpa/Mohammed Abu Ghosh

Daqmaseh sejak lama dianggap sebagai pahlawan oleh sebagian penduduk Yordania. Kelompok oposisi yang digalang kaum Islam konservatif dan nasionalis juga menggunakan kasusnya untuk kampanye. "Pembebasan pahlawan ini membuat kami bahagia. Israel telah melakukan tindak kriminal terhadap banyak warga Yordania dan tidak pernah diadili," kata Saleh Armouti, salah seorang anggota parlemen Yordania.

Pembantaian oleh Daqmaseh sempat memicu amarah dunia. Namun berkat kelihaian diplomasi Raja Hussein, Yordania terbebas dari tekanan internasional. Saat itu sang raja buru-buru menyambangi keluarga korban di Israel. Ia bahkan menemani keluarga korban untuk berdoa. Gestur tersebut ditanggapi positif oleh sebagian besar penduduk Israel kala itu.

Keren Mizrahi, salah seorang penyintas pembantaian tersebut mengatakan pembebasan dini Daqmaseh membuka luka lama. "Perasaan saya seperti ditembak lagi, secara mental dan fisik, seperti sebuah pisau di jantung saya," katanya kepada stasiun televisi Israel, Channel 10.

rzn/hp (rtr,ap)