Yukiya Amano Terpilih Sebagai Pimpinan Baru IAEA
3 Juli 2009Yukiya Amano, diplomat Jepang yang baru terpilih sebagai ketua Badan Energi Atom Internasional, IAEA menyatakan tekadnya untuk mengatasi kesenjangan antara negara-negara kaya dan miskin yang selama ini menghambat upaya anti proliferasi senjata nuklir. Namun reaksi hadirin tampak dingin. Sepi mengisi ruang sidang IAEA setelah pengumuman hasil pengambilan suara yang ke-enam pada hari Kamis di Wina.
Amano berhasil memenangkan 23 dari 35 suara anggota Dewan Gubernur IAEA. Dengan lebih 60% suara, Amano mengalahkan rekan diplomat,Abdul Samad Minty dari Afrika Selatan dan Luis Echavarri, yang kini menjabat anggota Dewan Badan Energi Nuklir di Paris. Namun pada dasarnya Amano hanya menang tipis dari diplomat Afrika Selatan, Abdul Samad Minty yang dalam ke lima pengambilan suara sebelumnya tampil sebagai pesaing utama.
Dalam pidatonya Amano menegaskan bahwa sebagai warga Jepang, ia akan berusaha keras untuk menghambat penyebaran senjata nuklir. Untuk itu ia membutuhkan solidaritas dari ke 148 negara anggota, baik negara-negara utara, selatan, barat dan timur. Begitu tambahnya.
Pernyataan Amano berkenaan dengan perbedaan kepentingan negara industri dan negara berkembang yang menjadi bagian IAEA. Perbedaan ini nyata jelas dalam putaran pertama pemilihan Direktur Jendral IAEA, bulan Maret lalu. Ketika itu Amano dan Minty juga merupakan kandidat favorit dan pemilihan berakhir seri.
Abdul Samad Minty merupakan favorit negara-negara berkembang, yang menuntut negara-negara industri agar lebih dilibatkan dalam pengembangan sumber energi nuklir dan pengetahuan yang terkait. Sementara program yang direncanakan Amano berbunyi: tekanan lebih besar terhadap negara-negara yang diduga menggunakan uranium untuk memproduksi senjata nuklir.
Ketika itupun Amano sudah menyatakan tekadnya, "Apabila saya menerima penghormatan untuk dipilih sebagai direktur jenderal IAEA yang baru, saya akan bekerja sekuat tenaga untuk memperbaiki tingkat kehidupan manusia dan menjamin perkembangan yang berkelanjutan melalui penggunaan sipil energi nuklir”
Yukiya Amano memiliki 36 tahun pengalaman dalam bidang non proliferasi senjata nuklir. Namun kritik terhadap Amano, bukan hanya mengenai sikapnya yang dinilai tertutup dalam hal komunikasi. Melainkan, ada anggapan bahwa sebagai tehnokrat, Amano tidak selantang Dirjen IAEA saat ini, Mohammed el Baradei. Baradei yang sudah 12 tahun memimpin IAEA, dianggap lebih mampu menjaga IAEA dari pengaruh negara-negara industri yang mendanai sebagian besar anggaran IAEA. Masa jabatan Baradei yang ketiga ini akan berakhir November mendatang,
Hari Kamis di Wina, Duta Besar Aljazair untuk IAEA, Taous Feroukhi yang memimpin Dewan Gubernur menyatakan, penutupan pemilihan akan berlangsung hari Jumat ini. Dan apabila ada negara yang menentang, akan diselenggarakan pengambilan suara baru.
Pemilihan Yukiya Amano masih harus diresmikan pada Sidang Umum IAEA September mendatang.
EK/DK/dw/dpa/afp/rtr