1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikYunani

Yunani: Jelang Pemilu Baru, Partai-partai Kiri dalam Krisis

Florian Schmitz
23 Juni 2023

Yunani akan melangsungkan pemilu parlemen pada hari Minggu (25/06), untuk kedua kalinya hanya dalam waktu sebulan. Sementara kubu oposisi kiri terpecah, pemerintahan konservatif berharap bisa merebut mayoritas mutlak.

PM Yunani Kyriakos Mitsotakis
Perdana Menteri Yunani Kyriakos MitsotakisFoto: Ayhan Mehmet/AA/picture alliance

Para politisi kiri di Yunani saat ini menghadapi masa-masa berat. Hasil yang dicapai partai-partai kiri dalam pemilihan parlemen pada 21 Mei lalu tidak sebaik yang mereka harapkan, setelah empat tahun pemerintahan kanan Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis.

Sekalipun dilanda serangkaian skandal, PM Mitsotakis dan partainya Nea Dimokratia (ND) malah mampu meningkatkan hasil perolehan suara melewati angka 40%.

Pemimpin oposisi Alexis Tsipras dan aliansi kiri Syriza hanya mendapat 20 persen, turun dari 30 persen pada 2019. Sedangkan Yanis Varoufakis dari partai MeRA25, yang sebelumnya memiliki sembilan kursi di parlemen, hanya mendapat di bawah tiga persen suara, membuat mereka tersingkir dari parlemen.

Meski menjadi pemenang dalam pemilu 21 Mei, PM Kyriakos Mitsotakis memutuskan pemilu baru pada 25 Juni, dengan harapan bisa merebut mayoritas mutlak di atas 50 persen.

Pemimpin partai oposisi terbesar Syriza, Alexis TsiprasFoto: Michael Varaklas/AP/picture alliance

Oposisi yang terpecah

Keretakan di kubu kiri Yunani setelah Juli 2015 hingga saat ini melumpuhkan aliansi itu. Ketika itu terjadi perpecahan di dalam partai Syriza, di mana beberapa tokoh terkenalnya — termasuk Yanis Varoufakis, mantan Menteri Keuangan Yunani — keluar dari partai dan mendirikan partai baru.

Perdana menteri saat itu Alexis Tsipras mengundurkan diri pada Agustus 2015 dan mengumumkan pemilu baru. Meski partai Syriza tampil sebagai pemenang dan Alexis Tsipras bisa kembali ke kursi perdana menteri hingga Juli 2019, perpecahan di kubu kiri tidak bisa direkat lagi. Hingga kini, tidak ada upaya lagi untuk membentuk aliansi kiri yang bisa menantang pemerintahan konservatiuf pimpinan ND.

Nikos Androulakis dari partai sosialdemokrat PASOK — yang pernah menjadi partai besar di Yunani — tidak memiliki reputasi yang baik. Banyak yang mengaitkan dia dengan korupsi dan nepotisme tahun 1980-an, itulah sebabnya banyak pendukung dan anggota PASOK beralih ke Syriza sebelum 2015.

Sedang Yanis Varoufakis, yang mempromosikan MeRA25 sebagai alternatif kiri, juga menolak pembicaraan tentang aliansi dengan Syriza. "Kami tidak akan bekerja dengan Syriza. Apa bedanya mereka dengan Nea Dimokratia?" katanya. Di kubu kiri masih ada Partai Komunis Yunani, yang menolak bergabung dengan koalisi pemerintah mana pun, sampai Yunani resmi menjadi negara sosialis.

Pemilih muda Giannis Zisis: Ingin mencoblos, tapi tidak dapat cutiFoto: Florian Schmitz/DW

Banyak pemilih muda tidak bisa mencoblos

Hasil pemilu 21 Mei lalu menunjukkan, dukungan terhadap partai kiri relatif tinggi di kalangan anak muda. Sekitar 28 persen pemilih berusia antara 17 dan 24 memilih Syriza, tetapi partai itu secara total hanya memperoleh 20 persen suara.

Fakta bahwa banyak pemilih dalam kelompok usia ini telah mendapatkan pekerjaan musiman dan tidak bisa ikut pemilu keuntungan bagi Mitsotakis. Giannis Zisis yang berusia 22 tahun dan berasal dari sebuah desa di barat laut Athena, tetapi tinggal, belajar, dan bekerja di Thessaloniki, mengatakan banyak anak muda terdaftar di tempat orang tua mereka tinggal dan harus pulang kampung untuk memilih.

Zisis sangat ingin bisa memilih, tetapi majikannya tidak mau memberinya hari libur, baik untuk pemilihan kali ini atau sebelumnya. Kepada DW dia mengatakan: "Saya tidak senang dengan Demokrasi Baru. Saya akan memilih partai kiri, Syriza atau MeRA25." Namun, Zisis juga mengeritik Alexis Tsipras. "Ketika teman-teman saya dan saya membahas situasinya, saya melihat banyak orang seusia saya kecewa padanya.” Anak muda di Yunani tidak punya prospek, jelasnya.

Ilmuwan politik yang berbasis di Athena, Dimitris Christopoulos, menilai Alexis Tsipras berada dalam posisi politik yang sangat lemah. "Apa yang terlihat pada 21 Mei hanyalah gejala dari krisis yang lebih panjang, yang dimulai delapan tahun lalu," katanya. Christopoulos merasa bahwa setelah tahun-tahun pemerintahan yang sulit, Alexis Tsipras mulai berubah. "Dia berpikir bahwa semakin dia bergerak ke posisi konservatif, semakin besar kemungkinan kelangsungan politiknya."

Sementara itu, PM Kyriakos Mitsotakis berhadap bisa merebut mayoritas mutlak dalam pemilihan hari Minggu (25/06). Dia dengan tegas menolak gagasan untuk membentuk koalisi dan berulang kali memperingatkan bahwa, jika perlu, pemilih Yunani harus pergi ke tempat pemungutan suara lagi pada Agustus mendatang, untuk pemilu baru lagi.

(hp/as)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait