Pemerintah baru di Athena mengamuk dan mengambil haluan konfrontasi dengan Uni Eropa. Brussel harus merancang strategi tandingan sebelum seluruh Eropa ambruk dijerumuskan krisis Yunani. Komentar Barbara Wesel.
Iklan
Athena tidak mau lagi berunding dengan Troika Eropa yang terdiri dari Dana Moneter Internasional, Bank Sentral Eropa dan Uni Eropa. Ini artinya, pengutang tidak mau lagi bicara dengan bank pemberi kredit utama. Alasannya, pengutang menganggap perbankan, sistem moneter internasional dan ekonomi global sebagai bisnis kotor.
Jika pemerintah baru Yunani merasa yakin dengan prinsipnya, tidak ada yang bisa membantah. Tapi Athena juga harus tahu konsekuensinya. Yakni, tidak akan ada lagi uang tunai mengucur ke kas negara. Atau lebih tegas lagi, pengutang yang tidak mau bicara dengan pemberi kredit akan bangkrut.
Sikap keras kepala Yunani, mendorong Troika membekukan termin berikutnya bagi pengucuran kredit senilai 7 milyar Euro. PM baru Alexis Tsipras juga menyatakan tidak mau lagi kredit itu. Padahal bulan ini dan Meret depan, Athena harus menyiapkan dana sekitar 11 milyar Euro untuk pembayaran cicilan dan bunga utang. Apakah Yunani akan berhenti membayar utangnya?
Jika tak ada lagi dana segar mengucur, bank-bank di Yunani akan kering. ATM kosong dan nasabah tidak bisa lagi menarik uang tunai. PM Alexis Tsipras masih yakin, negaranya tidak akan jatuh dalam kekacauan dengan cepat. Tapi, rakyatnya akan segera sadar dari mimpi muluk, jika semua bank tidak punya lagi uang tunai.
Mungkin di saat itu semua orang akan tertawa melihat kepanikan pasukan pengacau dari Athena. Tapi orang juga waspada, karena target Tsipras adalah membuat ambruknya seluruh Uni Eropa dengan diseret gelombang krisis Yunani.
Kini PM baru Yunani hendak merangkul pemerintah di London, Paris dan Roma untuk mendukungnya. Terutama untuk menghadapi Jerman yang juga bersikap keras, dengan motto: Athena tidak mau bicara, Berlin juga tidak bersedia membuka pundi uangnya. Tapi Italia dan Perancis juga harus sadar, jika mereka mendukung Yunani, maka pundi uang mereka yang akan berdarah-darah.
Bergulat Keluar Dari Krisis
Beberapa negara Eropa jungkir balik ketika menghadapi resesi. Perekonomian negara-negara itu menggoyahkan perspektif generasi muda. Bagaimana kini mereka keluar dari jurang krisis tersebut?
Foto: Fotolia/Paolese
Krisis di Yunani
Tingkat konsumsi di Yunani terus menurun. Semakin banyak bisnis dan usaha menengah gulung tikar. 57 persen orang di bawah usia 25 tahun tak punya pekerjaan. Sementara mereka yang memiliki pekerjaan, gajinya tergolong minim. Upah minimum dipatok 586 Euro. Banyak orang terpaksa bekerja secara ilegal. Penerimaan pajak menurun, daya beli pun demikian, sementara perekonomian tak kunjung pulih.
Foto: Louisa Gouliamaki/AFP/Getty Images
Italia berkutat dengan resesi
Sejak krisis tahun 2008, lapangan kerja berkurang hingga lebih dari setengah juta. Lebih dari dua juta warga Italia yang berusia di bawah 25 menganggur. Tingginya tingkat pengangguran muda sudah terjadi sejak sebelum krisis, karena pemerintah sebelumnya abai. Solusi Perdana Menteri Enrico Letta: Insentif keuangan bagi perusahaan untuk bisa lebih banyak mempekerjakan kaum muda.
Foto: DW/A. Binder
Spanyol keluar dari program talangan
Jumlah pengangguran muda tetap saja tinggi. Jumlah penduduk di bawah 25 tahun yang tak bekerja 56 persen, dua kali lebih tinggi dari rata-rata Uni Eropa. Kegagalan pemerintah: Banyak anak muda lebih suka mencari uang ketimbang pergi ke sekolah. Upah dalam bidang konstruksi telah lama jadi daya tarik dan tak memerlukan ijazah sekolah.
Foto: picture-alliance/dpa
Pendidikan kejuruan yang tak populer
Jumlah mahasiswa Spanyol lebih dari sejuta orang. Sekitar 270 ribu mahasiswa memilih bidang kejuruan. Namun seringkali, bagi yang menyelesaikan studi praktis, tidak memperoleh prospek pekerjaan dan ini tidak hanya terjadi di Spanyol. Pengusaha mencari para profesional yang berpengalaman. Banyak kaum muda yang berusia di bawah 25 tahun hanya kerja dalam jangka waktu terbatas.
Foto: picture-alliance/dpa
Utara pun setali tiga uang
Angka-angka di Eropa Selatan menimbulkan kekhawatiran: Lebih dari 50 persen orang muda di bawah 25 di Spanyol dan Yunani tanpa pekerjaan. Bahkan di Swedia dan Polandia, tingkat pengangguran di kalangan warga dewasa muda 24 persen lebih tinggi dari rata-rata Uni Eropa.
Kemunduran di Portugal
Reformasi ekonomi di Portugal berhadapan dengan protes masyarakat. Ekonomi Portugal masih tidak kompetitif. Tanpa pertumbuhan ekonomi, tidak ada lapangan pekerjaan. Uni Eropa memberikan subsidi lebih tinggi dari sebelumnya, tetapi masih belum juga memberi efek nyata.
Foto: picture-alliance/dpa
Butuh kisah sukses
Akhir 2013, Irlandia telah keluar dari program bailout. Negara ini harus berhemat. Namun aksi protes, seperti yang terlihat di foto, jarang terjadi. Upah pegawai negeri dan pelayanan sosial dikurangi. Tingkat pengangguran di kalangan muda naik menjadi lebih dari 30 persen. Namun warga muda jarang protes, mereka lebih memilih untuk meninggalkan tanah airnya.
Foto: Peter Muhly/AFP/Getty Images
7 foto1 | 7
Pemerintah baru Yunani boleh saja memcoba bermain adu kekuatan dengan Uni Eropa atau Dana Moneter Internasional. Tapi akan sejauh mana permainan ini melaju? Yunani boleh merasa yakin, aksi kurang ajarnya akan menang. Orang bisa mabuk kemenangan dan mengucapkan selamat tinggal kepada Uni Eropa.
Tsipras dan para pendukungnya menggantikan logika dan kemampuan menyadari realita dengan sikap tidak tahu malu dan perilaku buruk. Uni Eropa harus segera memikirkan mekanisme yang memungkinkan pasukan perusak dari Athena keluar dari zona Euro, yang populer dengan istilah Grexit, sebelum menyeret seluruh Eropa ke dalam kebangkrutan. Negara yang ingin keluar dari Uni Eropa atau zona Euro tidak perlu dicegah, terutama jika negaranya sejenis Yunani.