Partai Syriza di bawah Alexis Tsipras kembali menang pemilu parlemen Yunani yang dilaksanakan Minggu. Ini kemenangan kedua Tsipras yang tak terduga, dalam pemilu kedua tahun ini. Tapi Tsipras tak punya suara mayoritas.
Iklan
Rakyat Yunani sudah menentukan pilihan. Ternyata mayoritas percaya kepada Alexis Tsipras, yang sudah pernah jadi perdana menteri. Jabatan itu sudah pernah dipangkunya tahun ini, dari Januari 2015 hingga 27 Agustus 2015. Setelah mengundurkan diri, beberapa pekan lalu ia mengumumkan diadakannya pemilu. Setelah menyatakan kemenangan, Tsipras yang disambut pendukungnya dengan sorak sorai menyatakan terima kasih atas dukungan bagi dirinya.
Meskipun kembali menang dan mendapat 50 kursi lebih banyak dari kemenangan lalu, ia tetap tidak punya suara mayoritas di parlemen, seperti ketika menang pemilu lalu. Tidak ada pilihan lain, Tsipras harus punya mitra koalisi, dan ia sudah menyatakan Minggu malam (20/09), akan berkoalisi dengan partai kecil berhaluan ultra kanan, Independent Greeks (warga Yunani independen) yang dulu juga jadi mitra koalisinya.
Ketua Parlemen Eropa, Martin Schulz menyatakan dalam wawancara dengan radio Perancis, ia tidak mengerti mengapa Tsipras kembali memilih partai kecil yang mendapat suara kurang dari 4% untuk kembali berkoalisi. Menurut Schulz ia sudah menanyakan hal itu kepada Tsipras, tetapi Tsipras tidak memberikan jawaban konkrit.
Ketua Partai Independent Greeks, Panos Kammenos menyatakan, upaya bailout yang dilancarkan Uni Eropa, Bank Sentral Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) merendahkan Yunani sampai berstatus "koloni utang".
Awalnya masih terjadi persaingan ketat antara Syriza dan partai saingan Nea Dimokratia (Demokrasi Baru). Tetapi Minggu malam (waktu setempat) ketua Partai Demokrasi Baru menyatakan kekalahan pihaknya. Sehingga Syriza jelas menang.
Sementara itu, kemenangan Tsipras dan Syriza juga dikomentari netizen. Sebagian memberikan komentar sinis, bahwa Tsipras akan kembali mengambil langkah-langkah yang sudah pernah diambilnya, dan tidak membuahkan hasil.
Tapi ada juga yang menyatakan dukungan.
Sekilas tentang krisis keuangan Yunani bisa dilihat lewat galeri foto berikut.
5 Fakta Tentang Krisis Keuangan Yunani
Masalah utang Yunani tak kunjung usai. Berikut lima fakta dalam krisis keuangan Yunani, menurut Business Review Weekly.
Foto: Fotolia/Pixel & Création
Tahun Keenam Resesi
Yunani kini sudah enam tahun resesi, walaupun sudah melaksanakan langkah-langkah pemotongan keuangan yang "menyakitkan" bagi warganya. Tahun ini perekonomian Yunani diperkirakan masih akan menurun 4,5%.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Angka Pengangguran Tinggi
Jumlah pengangguran di Yunani sekarang 27%. Ini adalah jumlah pengangguran terbesar di Uni Eropa. Jumlah itu menunjukkan: sekitar 1,5 juta orang di negara itu tidak memiliki pekerjaan. Tahun 2009, kuota pengangguran Yunani hanya 9,6%. Foto: sejumlah warga miskin Athena berkumpul di yayasan gereja Orthodoks "Galini" untuk makan siang (19 Maret 2015).
Foto: Reuters/Y. Behrakis
Warga Muda Bergantung Pada Keluarga
Sekitar 62% warga muda Yunani tidak mendapat pekerjaan walaupun berpendidikan tinggi. Kebanyakan dari mereka terpaksa bergantung pada keluarga agar bisa hidup. Sebagian lagi tinggalkan Yunani dan mencari pekerjaan di negara lain. Foto: 11 warga muda dari kota Langadas, Yunani yang mulai pelatihan kerja di Berlin.
Foto: DW/P. Kouparanis
Pengurangan 25.000 Pekerjaan Layanan Umum
Tahun ini pemerintah Yunani diperkirakan akan kurangi 25.000 pekerjaan di bidang layanan umum. Itu langkah untuk capai tujuan pengurangan 150.000 pekerja tahun 2015. Tujuan yang akan dicapai: dari jumlah pekerja sekarang, nantinya hanya satu yang bekerja sementara 10 pensiun. Foto: tiga satpam sekolah ini adalah contoh dari mereka yang sudah diberhentikan satu setengah tahun lalu.
Foto: DW/J. Kakissis
Pariwisata Terus Berjalan
Jumlah wisatawan yang datang ke Yunani tambah banyak. Menurut Digital Journal, turisme naik tahun 2013, setelah merosot di tahun 2012. Wisatawan dari Jerman sekarang meningkat jumlahnya hingga 10%, dan dari Austria 35%. Menteri Pariwisata Olga Kefaloyiannis katakan, bertambahnya turis bisa "kembalikan rasa optimis".