Zelenskyy Bangga Rakyat Ukraina Sanggup Bertahan dari Rusia
15 April 2022
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan bahwa rakyat Ukraina memiliki keberanian dan menjunjung kebebasan untuk hidup dengan cara yang diingnkan sendiri dalam menghadapi gempuran serangan Rusia.
Iklan
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy lewat postingan video hariannya mengucapkan terima kasih kepada rakyat Ukraina yang telah mampu bertahan selama 50 hari melawan invasi Rusia ke negara itu.
"Terima kasih kepada Tuhan, angkatan bersenjata Ukraina, dan rakyat kami. Kita telah membela sebagian besar negara kita," kata Zelenskyy, Kamis (14/04).
Zelenskyy mengatakan bahwa rakyat Ukraina harus bangga telah bertahan selama 50 hari di bawah serangan Rusia ketika Rusia memberi "maksimal lima (hari).”
"50 hari pertahanan kami adalah sebuah pencapaian. Sebuah pencapaian jutaan orang Ukraina," tambahnya. "Tidak ada yang menyangka bahwa kita akan selamat."
Lebih lanjut, Zelenskyy mengatakan meski banyak pihak yang menyarankan agar Ukraina menyerah kepada Rusia, tetapi rakyat Ukraina memiliki keberanian dan menjunjung kebebasan untuk "hidup dengan cara yang kami inginkan.”
Iklan
WHO desak perang di Ukraina dihentikan
Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan invasi Rusia ke Ukraina telah memakan ribuan nyawa, terutama masyarakat sipil dan anak-anak. Ia menambahkan bahwa layanan kesehatan, pasokan makanan, hingga kebutuhan medis juga ikut terganggu.
Ia pun mendesak Rusia untuk menghentikan aksi kekerasan terhadap Ukraina. "Demi kemanusiaan, saya mendesak Rusia untuk kembali ke meja perundingan dan bekerja mewujudkan perdamaian," tegas Ghebreyesus.
"Sementara itu, koridor kemanusiaan harus dibuat agar pasokan medis, makanan, dan air dapat dikirim dan warga sipil dapat pindah ke tempat yang aman," lanjutnya.
Ghebreyesus mencatat serangan Rusia dilakukan terhadap hampir 120 fasilitas kesehatan di Ukraina. Ia juga mencatat bahwa WHO telah menerima hampir 53% dari kebutuhan pendanaannya untuk Ukraina selama tiga bulan pertama.
Rusia dan Ukraina: Kronik Perang yang Tidak Dideklarasikan
Akar konflik antara Rusia dan Ukraina sangat dalam. Semuanya diyakini bermuara pada keengganan Rusia untuk menerima kemerdekaan Ukraina.
Foto: Maxar Technologies via REUTERS
Berkaitan, tetapi tak sama
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina memiliki sejarah sejak Abad Pertengahan. Kedua negara memiliki akar yang sama, pembentukan negara-negara Slavia Timur. Inilah sebabnya mengapa Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut kedua negara itu sebagai "satu orang". Namun, sebenarnya jalan kedua negara telah terbagi selama berabad-abad, sehingga memunculkan dua bahasa dan budaya — erat, tapi cukup berbeda.
Foto: AP /picture alliance
1990-an, Rusia melepaskan Ukraina
Ukraina, Rusia, dan Belarus menandatangani perjanjian yang secara efektif membubarkan Uni Soviet pada Desember 1991. Moskow sangat ingin mempertahankan pengaruhnya di kawasan itu dan melihat Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) yang baru dibentuk sebagai alat untuk melakukannya. Sementara Rusia dan Belarus membentuk aliansi yang erat, Ukraina semakin berpaling ke Barat.
Foto: Sergei Kharpukhin/AP Photo/picture alliance
Sebuah perjanjian besar
Pada tahun 1997, Rusia dan Ukraina menandatangani Treaty on Friendship, Cooperation and Partnership, yang juga dikenal sebagai "Perjanjian Besar". Dengan perjanjian ini, Moskow mengakui perbatasan resmi Ukraina, termasuk semenanjung Krimea,kawasan hunian bagi mayoritas etnis-Rusia di Ukraina.
Krisis diplomatik besar pertama antara kedua belah pihak terjadi, saat Vladimir Putin jadi Presiden Rusia masa jabatan pertama. Pada musim gugur 2003, Rusia secara tak terduga mulai membangun bendungan di Selat Kerch dekat Pulau Tuzla Ukraina. Kiev melihat ini sebagai upaya Moskow untuk menetapkan ulang perbatasan nasional. Konflik diselesaikan usai kedua presiden bertemu.
Foto: Kremlin Pool Photo/Sputnik/AP Photo/picture alliance
Revolusi Oranye
Ketegangan meningkat selama pemilihan presiden 2004 di Ukraina, dengan Moskow menyuarakan dukungannya di belakang kandidat pro-Rusia, Viktor Yanukovych. Namun, pemilihan itu dinilai curang. Akibatnya massa melakukan Revolusi Oranye atau demonstrasi besar-besaran selama 10 hari dan mendesak diadakannya pemilihan presiden ulang.
Foto: Sergey Dolzhenko/dpa/picture alliance
Dorongan bergabung dengan NATO
Pada tahun 2008, Presiden AS saat itu George W. Bush mendorong Ukraina dan Georgia untuk memulai proses bergabung dengan NATO, meskipun ada protes dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Jerman dan Prancis kemudian menggagalkan rencana Bush. Pada pertemuan puncak NATO di Bucharest, Rumania, akses dibahas, tetapi tidak ada tenggat waktu untuk memulai proses keanggotaan.
Foto: John Thys/AFP/Getty Images
Tekanan ekonomi dari Moskow
Pendekatan ke NATO tidak mulus, Ukraina melakukan upaya lain untuk meningkatkan hubungannya dengan Barat. Namun, musim panas 2013, beberapa bulan sebelum penandatanganan perjanjian asosiasi tersebut, Moskow memberikan tekanan ekonomi besar-besaran pada Kiev, yang memaksa pemerintah Presiden Yanukovych saat itu membekukan perjanjian. Aksi protes marak dan Yanukovych kabur ke Rusia.
Foto: DW
Aneksasi Krimea menandai titik balik
Saat kekuasaan di Kiev kosong, Kremlin mencaplok Krimea pada Maret 2014, menandai awal dari perang yang tidak dideklarasikan antara kedua belah pihak. Pada saat yang sama, pasukan paramiliter Rusia mulai memobilisasi pemberontakan di Donbas, Ukraina timur, dan melembagakan "Republik Rakyat" di Donetsk dan Luhansk. Setelah pilpres Mei 2014, Ukraina melancarkan serangan militer besar-besaran.
Gesekan di Donbass terus berlanjut. Pada awal 2015, separatis melakukan serangan sekali lagi. Kiev menuding pasukan Rusia terlibat, tetapi Moskow membantahnya. Pasukan Ukraina menderita kekalahan kedua, kali ini di dekat kota Debaltseve. Mediasi Barat menghasilkan Protokol Minsk, sebuah kesepakatan dasar bagi upaya perdamaian, yang tetap belum tercapai hingga sekarang.
Foto: Kisileva Svetlana/ABACA/picture alliance
Upaya terakhir di tahun 2019
KTT Normandia di Paris pada Desember 2019 adalah pertemuan langsung terakhir kalinya antara Rusia dan Ukraina. Presiden Vladimir Putin tidak tertarik untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy. Rusia menyerukan pengakuan internasional atas Krimea sebagai bagian dari wilayahnya, menuntut diakhirinya tawaran keanggotaan NATO bagi Ukraina dan penghentian pengiriman senjata ke sana. (ha/as)
Foto: Jacques Witt/Maxppp/dpa/picture alliance
10 foto1 | 10
Tenggelamnya Moskva pukulan telak bagi Rusia
Kementerian Pertahanan Rusia pada Kamis (14/04) malam mengonfirmasi bahwa kapal penjelajah rudal Moskva telah tenggelam ketika berusaha ditarik ke pelabuhan.
Dalam pernyataan mereka tentang tenggelamnya Moskva, para pejabat Rusia mengatakan bahwa kapal itu tenggelam dalam kondisi rusak parah karena kerusakan lambung "yang disebabkan oleh ledakan amunisi selama kebakaran." Seluruh awak kapal berhasil dievakuasi.
Karamnya Moskva merupakan pukulan yang signifikan bagi Angkatan Laut Rusia dan mengurangi kekuatan tempurnya di Laut Hitam. Sementara juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan insiden itu akan "berdampak pada kemampuan mereka."
"Ini adalah pukulan besar bagi armada Laut Hitam, ini adalah ... bagian penting dari upaya mereka untuk mengeksekusi semacam dominasi angkatan laut di Laut Hitam," kata Kirby.