1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Zuma Kembali Mencoba Menengahi Konflik Libya

30 Mei 2011

Uni Afrika kembali berusaha menengahi perang saudara di Libya. Hari Senin (30/05/2011) Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma untuk kedua kalinya memimpin delegasi Uni Afrika untuk bicara dengan Muammar Gaddafi.

South African President Jacob Zuma at the the opening session of the ruling African National Congress (ANC)'s national general council in Durban, South Africa, 20 September 2010. Media reports state that South African President Jacob Zuma said the recent strike by public servants required 'serious introspection', setting the tone, along with climate change, the economic crisis and unemployment, as well as the implementation of a national health insurance scheme, for the policy-making conference. EPA/JON HRUSA +++(c) dpa - Bildfunk+++
Presiden Afrika Selatan Jacob ZumaFoto: picture alliance / dpa

Tujuan kunjungan Zuma hanya satu yakni bicara dengan Gaddafi. Menurut keterangan resmi, waktu Zuma sangat terbatas, dan Afrika Selatan, kata juru bicara Zuma, Zizi Kodwa dalam wawancara dengan koran "Mail & Guardian" skeptis terhadap kelompok oposisi pemberontak di Libya. Dia bilang orang tidak kenal dengan para pemberontak.

Uni Afrika Kembali Berunding dengan GaddafiFoto: AP

Muammar Gaddafi adalah teman dekat Afrika Selatan. Pemimpin Libya itu menjadi pendiri Uni Afrika, dan sekaligus investor terbesar di benua itu. Dia adalah teman Nelson Mandela dan selama bertahun-tahun mendukung partai Kongres Nasional Afrika atau ANC yang kini berkuasa di Afrika Selatan. Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Maite Nkoana-Mashabane mengatakan "Presiden Zuma bertolak ke Libya bersama sejumlah pemimpin lainnya untuk melanjutkan mandat Afrika Selatan untuk mencari solusi damai di negara itu."

Itu adalah mandat Uni Afrika, yang merasa dilangkahi oleh Perancis dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yang berdasarkan mandat Dewan Keamanan PBB, melakukan serangan udara untuk melumpuhkan kekuatan militer Gaddafi yang selama ini menyerang kelompok pemberontak dengan senjata berat dan pesawat tempur. Dewan Keamanan memberi mandat itu untuk melindungi warga sipil Libya dari serbuan brutal rejim Gaddafi.

Tak Ada Misi Jelas

Tapi masalahnya apa resep Jacob Zuma? Hingga kini masih belum jelas. April lalu, sebenarnya dia telah datang ke Libya dengan misi yang sama. Sepulang dari sana, Zuma mengklaim telah berhasil meminta Gaddafi dan kelompok oposisi pemberontak melakukan gencatan senjata. Itu adalah sukses besar, demikian kata Zuma saat itu ketika tiba kembali ke negaranya. Tapi kenyataannya berbeda: faktanya Gaddafi terus mengerahkan kekuatan militer, sementara kelompok oposisi pemberontak menolak proposal gencatan senjata yang ditawarkan Zuma dan Uni Afrika. Bahkan, mereka meminta dukungan serangan NATO, untuk menekan Gaddafi agar mundur tanpa syarat.

Kelompok Pemberontak LibyaFoto: picture alliance / dpa

Dalam kunjungan kedua ini Zuma tidak memiliki rencana selain apa yang disebut "Roadmap" Uni Afrika. Menteri Luar Negeri Afrika Selatan hanya mengatakan bahwa ini adalah pembicaraan lanjutan, yang dikonsentrasikan pada usul Uni Afrika. Dasarnya adalah keyakinan, bahwa masalah yang ada di Libya adalah masalah politik. Dan kekutan militer tidak dapat mengakhiri masalah politik.

Dalam kunjungan ini, Zuma ingin mengusahakan diakhirnya serangan udara NATO. Setelah itu baru akan ada perundingan dengan para pemberontak. Tapi perundingan dengan kelompok oposisi pembangkang tidak boleh melukai kebanggaan Gaddafi, kata juru bicara Zuma, Nkoana-Mashabane. Dia menolak bicara tentang pengunduran diri Gaddafi. Sementara, pengamat politik Afrika Selatan berspekulasi, Gaddafi beserta keluarganya kemungkinan akan diberikan suaka politik oleh Afrika Selatan.

Zuma ingin mengadakan diskusi politik yang benar, demikian dikatakan juru bicaranya, Zizi Kodwa. Di samping itu, Zuma juga punya misi kedua. Atas permintaan sanak keluarga dan media Afrika Selatan, Zuma harus membawa kembali jenasah Anton Hammerl, fotografer campuran Afrika Selatan-Austria, yang hilang di Libya. Hammerl ditembak mati tentara Gaddafi. Kasus ini sempat menyebabkan hubungan kedua negara menjadi keruh. Selama enam pekan, rejim Gaddafi merahasiakan kematian Anton Hammerl.

Claus Stäcker/ Marjory Linardy

Editor: Andy Budiman

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait